Monday, April 4, 2016

Cerita Putri Pena: Sahabat

“Kalau aku berada di posisimu, sepertinya aku tak akan sanggup menghadapinya,” celetuk Putri Maroon. 
“Aku pun demikian. Lebih baik aku tinggalkan dan mencari yang lebih baik,” dukung Putri Sastra.
Aku tersenyum kecil mendengarnya. Saat itu, kami sedang menghabiskan waktu bersama di paviliun Putri Maroon. Sudah lama kami tidak bertemu seperti ini, jadi ini adalah salah satu hal yang sangat aku nantikan.

Akhir-akhir ini, aku merasa Semesta sedang berkonspirasi menghukumku. Terdengar berlebihan? Tapi, begitulah yang kurasakan. Aku sudah menyusun kembali sebuah kitab, dengan lebih sungguh-sungguh dan berharap dapat diterima Sang Raja dan para tetua, tapi rupanya tetap belum sesuai keinginan mereka. Kitabku ditolak. Lalu, seseorang mengabariku bahwa Sang Ksatria ternyata sedang berada di Hutan Hijau, tetapi ia tidak menuliskan hal itu di surat terakhirnya. Kau pasti tahu apa yang kurasakan dan sesungguhnya ingin kuucapkan, tapi sudahlah. 
Sepi. Rasanya, semua yang kuinginkan sedang menjauhiku. Atau, aku yang terlalu banyak meminta?
Berjumpa dengan Putri Maroon dan Putri Sastra selalu menyenangkan. Entah mengapa, di depan mereka aku tidak bisa mengeluarkan air mata saat menceritakan segala yang terpendam di hatiku selama ini. Sungguh, sebelum untuk Ksatria Tak Berkuda, aku bersyukur Semesta telah mempertemukanku dengan dua orang putri yang sangat baik hatinya seperti mereka. 
Putri Maroon dan Putri Sastra selalu memiliki pandangan tersendiri terhadap sesuatu. Seringkali mereka memiliki pendapat yang berseberangan denganku, tapi kami masih bisa menghormati satu sama lain. Seperti pendapat mereka tentang ‘hubungan’ tadi. Jika mereka berpendapat tidak bisa bertahan dengan hubungan seperti yang sedang kujalani, aku justru tetap akan berusaha menjalankannya. 
Tetaplah seperti ini, sahabatku. Meski kelak kita akan semakin dewasa dan disibukkan dengan urusan kerajaan. Meski kelak mungkin kita terpisah lebih jauh. Terima kasih untuk selalu berbagi. Mendengarkan mimpi-mimpiku. Mengingatkan langkahku. Tetaplah, seperti ini.

0 Comments:

Post a Comment