Tuesday, April 5, 2016

Cerita Putri Pena: Pelantikan

Ksatria Tak Berkuda telah resmi menjadi Menteri Muda bidang Pertahanan Negeri 1000 Dagang! Ya, ia dilantik beberapa hari yang lalu pada sebuah acara yang terbilang meriah. Ada puluhan ksatria lain yang juga dilantik atau mendapat kenaikan pangkat sehingga suasana Negeri 1000 Dagang hari itu penuh suka cita.
Ya, hari itu. Aku ke sana bersama salah satu sahabatku. Sayang, aku tidak melihat prosesi pelantikannya karena… begitulah. Aku kan tidak mendapat undangan resmi dan bukan datang sebagai utusan Kerajaan Tulis.

Saat aku datang, upacara pelantikan hampir selesai. Diadakan di ruang tengah pusat pemerintahan Negeri 1000 Dagang, upacara itu dihadiri nyaris separuh penduduknya. Sorak sorai dan gemuruh tepuk tangan mewarnai pelantikan. 
Bersama sahabatku, kami menunggu di luar ruangan. Seseorang menyilakanku masuk, tetapi suasana di luar sepertinya tidak kalah menarik.
Aku ingin mencari tahu tentang para putri dan dayang yang konon juga hadir pada pelantikan Ksatria Tak Berkuda.
Tidak ada apa-apa, hanya ingin mengetahui saja.
Selama menunggu, aku dan sahabatku memperhatikan keadaan sekitar. Beberapa putri tampak mengenakan jubah sekaligus mahkota mereka yang berkilau. Sejujurnya, aku sedikit tidak percaya diri saat itu. Kedua pakaian identitasku sebagai seorang putri kutinggalkan. Perjalananku ke Negeri 1000 Dagang cukup panjang dan tanpa pengawalan, jadi menurutku sebaiknya kami memakai sesuatu yang tidak menarik perhatian orang-orang yang berniat jahat.
“Ataukah seharusnya akupun memakai gaun seperti mereka?” bisikku. Bagaimanapun, aku tetap ingin tampil terbaik di salah satu hari penting dalam hidup Ksatria Tak Berkuda.
“Jangan! Maksudku, tidak perlu. Ini bukan pesta topeng atau semacamnya. Penampilanmu sudah menawan hari ini. Tersenyumlah,” sahabatku mengajak mendekati pintu ruangan. Oke, tersenyum. Putri Kerajaan Tulis harus selalu percaya diri. Tersenyum.
Rasanya, ingin sekali menulis surat untuk mengabarkan pada sang Ksatria bahwa aku menunggunya di luar. Sayang, itu tidak mungkin. Terlalu banyak orang di dalam, jadi aku hanya bisa berharap ia menangkap pesan yang kukirim melalui Semesta.
Dan… keluarlah ia. Dengan jubah bernuansa perak, sebilah pedang yang lebih panjang (dan pasti tajam) daripada miliknya terdahulu, serta senyum lebar. Rasanya, ingin menghentikan waktu saat ia berjalan ke arahku.
“Hei!”
Semesta, boleh aku memeluknya?
“Selamat atas gelar barumu, Ksatria,” ucapku. Kami berjabat tangan. Sahabatku pun memberikan selamat pada sang Ksatria. 
Belum sempat mengobrol banyak, sang Raja dan Ratu Negeri 1000 Dagang berbaur dengan keramaian di luar ruang pelantikan. Melihat Menteri Muda Pertahanannya, segera saja mereka menghampiri kami.
“Apa kabar?” sang Raja menyapa. Hangat, tetapi tetap saja aku selalu merasa gugup bila berhadapan dengannya.
Kami bercakap-cakap mengenai banyak hal sampai langit mulai gelap. Menyadarkanku untuk segera kembali ke Kerajaan Tulis dan kembali mencoba menyusun kitab persembahan.

0 Comments:

Post a Comment