Wednesday, November 13, 2019

Seru-seruan Ikut Ujian

"Udah lama nggak ujian ya, Mba?"
"Kalo ujian kehidupan sih sering, ujian tertulis yang jarang :')"


Beberapa hari lalu, saya memutuskan ikut tes seleksi S2 SBM ITB. Nawaitunya enggak sengotot waktu mencari tempat kuliah atau kerja di perusahaan idaman dulu. Murni lebih ke coba-coba. Dan sedikit termotivasi dari beberapa dedek di kantor yang ternyata berencana melanjutkan kuliah mereka melalui kelas online.

Sejujurnya, karena penasaran aja sih apakah saya masih mampu (dan kuat) mengerjakan soal-soal seperti itu :))

Berangkat dari nawaitu tadi, saya nyaris nggak melakukan persiapan apapun. Selain beli pensil 2B dan ngecek lagi info waktu dan lokasi tes. Malah hampir kayaknya nggak bisa ikut tes sesuai jadwal karena bentrok sama agenda kantor.



Di hari H, rencananya saya akan mengikuti dua tes, TOEFL dan TPA. Beruntung, nilai TOEFLnya ternyata bisa juga diganti dengan TOEIC dan saya punya sertifikatnya yang masih berlaku. Beruntungnya lagi, kata orang yang tes di sebelah saya, soal TOEFLnya 'amit-amit'. Listeningnya enggak pake dialog singkat dulu, langsung ke bacain paragraf gitu dan satu kali listening untuk menjawab beberapa soal :)))

Seperti bayangan saya, model soal TPAnya masih sama.Verbal, numerik, dan logika. Yang nggak kebayang, soalnya naudzubillah bikin pusing! :))) 90 verbal, 90 numerik, dan 70 logika dengan durasi setiap tahapnya hanya 60 menit. Nggak boleh lebih dan nggak boleh ngerjain tahap sebelumnya walau masih ada waktu.

Tahap pertama di soal kemampuan verbal, otak masih bisa diajak kerja sama. Ada empat tipe soal yaitu tentang mencari arti kata, sinonim, antonim, dan menjawab pertanyaan dari teks/narasi. Sebisa-bisanya, ya nggak 100% yakin juga sih. Ada beberapa kata yang sering terdengar dan sebenarnya paham maksudnya, tapi nggak yakin apa arti sebenarnya. Misalnya 'isbat', yang selalu terdengar menjelang awal Ramadan. Paham sih kalau ada yang bilang istilah itu, tapi artinya apakah penetapan, rapat, atau jangan-jangan ada arti lainnya? Atau 'samad', yang saya tau adalah nama belakang seorang pejabat. Atau arti dari jamais vu, yang saya cuma yakin maksudnya bukan sesuatu yang berbau negara Jamaika :))).

Tes verbal saya kerjakan sekitar 30 menit lebih. Masih banyak waktu yang tersisa, yang andai saja bisa digunakan untuk nyicil mengerjakan soal-soal model berikutnya. Oh iya, yang agak ngeselin dari tes verbal ini adalah munculnya istilah-istilah filsafat yang menjadi pilihan jawaban untuk tes verbal tipe narasi. Ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Saya cuma inget, istilah itu sering terdengar di mata kuliah Filsafat Ilmu Komunikasi, yang kuliahnya seringnya di Gedung 4, dan saat kuliah saya nyaris sama sekali nggak paham sampai akhirnya harus ngulang. Huhu, ternyata menamatkan baca Dunia Sophie kayaknya ada faedahnya buat tes begini yaa~

Masuk ke tahap selanjutnya. Sebelumnya, saya memilih ke toilet sejenak dan mengambil segelas air minum. Buat amunisi.Enaknya ikut TPA kali ini, suasananya lebih 'ramah'. Peserta boleh ngambil air di sela-sela ngerjain soal. Dan karena sebagian besar peserta saling kenal, ruangan nggak kaku. Bisa saling curhat setelah ngerjain soal-soalnya.

Di tahap numerik, saya sedikit keteteran karena salah strategi. Haqqul yaqin soal-soal yang di halaman awal masih bisa masuk 'nalar' saya.. ternyata nggak juga! Soal yang menyelesaikan deret angka biasa masih oke lah.. deret diganti huruf juga masih paham.. lah kalau pecahan? Asli, blank :))). Padahal angka pecahannya masih kecil semacam 1/4, 2/3, gitu-gitu.. Tapi saya sempat lupa gimana menjumlahkannya. Dan yang paling nggak paham, soal yang pakai tanda seru semacam '5!4!3! dst' ini digimanain ngerjainnya? :__))))

Ketika time keeper mengingatkan waktu tinggal 5 menit lagi, langsung gunakan metode kiralogi dan cocoklogi. Yang penting semua nomor kejawab. Toh nggak ada pengulangan nilai semacam SNMPTN :p

Berlanjut ke tes logika, saya sedikit mengubah strategi. Sadar diri, makin ke halaman belakang otak makin panas dan gampang ngeblank ngerjainnya :)). Maka, saya memilih mengerjakan soal yang sekiranya saya (sebenarnya pasti) bisa menyelesaikan. Kalau nggak nemu jalan keluarnya, skip skip dulu. Strategi ini sedikit berhasil karena saat menyelesaikan soal-soal logika saya nggak nyaris kehabisan waktu seperti mengerjakan soal numerik. Yhaaa sekali lagi, walaupun nggak yakin juga yang saya rasa bisa ngerjain, jawabannya bener :)))

Ketika bahas soal-soalnya sama temen seangkatan



Ajaibnya, Alhamdulillahnya, setelah pengumuman keluar, hasil TPA saya ternyata di atas standar minimal kelulusan 475. Artinya, saya lolos seleksi dan bisa mengikuti tahap selanjutnya untuk pendaftaran S2 ini. Hore!

Sedikit tips untuk yang akan ikut ujian sejenis, JANGAN LUPA MAKAN. Makan yang bener. Supaya perut kenyang dan otak tenang. Sejujurnya saat mengerjakan tes ini saya cuma makan sedikit dan jadinya agak pusing. Ya pusing kurang makan, ya pusing ngerjain soal :)). Persiapkan juga alat tulis dan segala sesuatunya sesuai kebutuhan. Jangan panik duluan kalau menemukan soal yang keliatannya ribet. Siapa tau sebenarnya solusinya ternyata sederhana #pengalaman.

Dan terakhir pastinya, berdoalah sebelum dan sesudah mengerjakan. Kalau memang hasilnya bisa membawa kebaikan untuk kita, berdoalah supaya bisa lulus, sepuyeng apapun saat mengerjakan soalnya. Goodluck!

Friday, June 21, 2019

Menanam Mangrove, Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

Saya masih ingat saat pertama kali bertemu dengannya. Siang itu, satu hari di tahun 2015. Bersama seorang teman, ia menjamu kami di salah satu saungnya yang berada di dekat area penanaman mangrove.


Namanya Muhammad Ali. Usianya 50 tahun. Namun, semangatnya tidak kalah dengan anak muda. Apalagi kalau sudah membicarakan tumbuhan yang juga dikenal dengan nama bakau tersebut.


Perjuangan Ali Mangrove, begitu ia akrab disapa, dalam membudidayakan tanaman khas pesisir ini dimulai tahun 2009. Fenomena penebangan mangrove oleh orang-orang tak bertanggung jawab membuatnya khawatir. Selain berpotensi menyebabkan banjir saat air laut pasang, berkurangnya keberadaan mangrove juga berpengaruh kepada penurunan hasil tangkapan ikannya. Kala itu, Ali memang  berprofesi sebagai nelayan sekaligus menjadi karyawan sebuah perusahaan tambang.


Bersama sang istri, Ali kemudian mencoba membibitkan mangrove. Jenis yang ditanam adalah Rhizopora, sp. Agar lebih fokus, Ali memutuskan pensiun dini dari perusahaan tempatnya bekerja. Ia juga mendapat pendampingan dari Badak LNG agar usahanya terus berkembang dan memberikan dampak positif, baik dari segi lingkungan, ekonomi, maupun sosial. Badak LNG sendiri merupakan perusahaan pengolah gas alam menjadi gas alam cair (LNG/Liquefied Natural Gas) yang berkomitmen melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program-program Community Development-nya.


Hasilnya, lahan miliknya yang semula tidak produktif kini menjelma menjadi hutan mangrove. Selain mencegah abrasi, keberadaan hutan mangrove membuat udara di sekitarnya menjadi sejuk. Ali juga memperluas manfaat lingkungan dari hutan mangrove tersebut dengan membuat area untuk pembudidayaan kepiting bakau yang baru dimulai pada akhir 2017 lalu.


Perlahan, kondisi ekonomi keluarga Ali juga meningkat. Kesadaran akan pelestarian lingkungan membuat banyak instansi di Kota Bontang memesan bibit mangrove kepadanya. Tak jarang, ia dan kelompoknya yang bernama Tani Lestari Indah juga diminta untuk menanam bibit-bibit tersebut di lokasi yang sudah ditentukan. Peluang ini juga berimbas kepada peningkatan pendapatan para anggota kelompoknya.


Tidak sampai di situ, kecintaan Ali pada mangrove membuatnya tak segan berbagi ilmu seputar pembibitan, penanaman, maupun perawatan mangrove. Tamu Pemerintah, Perusahaan, masyarakat umum, hingga anak-anak sekolah semua berkesempatan belajar langsung mengenai mangrove dari ahlinya. Dengan dukungan dari Badak LNG, lahan milik Ali tersebut kini menjadi Mangrove Information Center.


Pemberdayaan Masyarakat


Kegiatan yang dilakukan oleh Ali dan dengan pendampingan dari Badak LNG membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat memberikan kontribusi positif bagi pencapaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Dikutip dari jurnal "Sustainable Development Goals (SDGs) dan Pengentasan Kemiskinan", konsep SDGs lahir pada konferensi mengenai Pembangunan Berkelanjutan yang dilaksanakan oleh PBB tahun 2012 di Rio de Jainero. Tujuan yang ingin dihasilkan dalam pertemuan tersebut adalah memperoleh tujuan bersama yang universal, yang mampu memelihara keseimbangan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yakni lingkungan, sosial, dan ekonomi (Ishartono & Santoso Tri Raharjo, Social Work Jurnal Vol. 6, No. 2, Hal. 154-272).


Tiga dimensi pembangunan berkelanjutan tersebut kemudian dirumuskan menjadi 17 tujuan global SDGs dan melalui penanaman mangrove, setidaknya ada 7 tujuan yang bisa dibantu pencapaiannya sebagai berikut:


1. Tanpa Kemiskinan. Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia.
Kegiatan penanaman mangrove dan pembibitannya telah menghasilkan keuntungan ekonomi sehingga perlahan mendorong anggota kelompok keluar dari kemiskinan.


2.  Tanpa Kelaparan. Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
Anggota kelompok yang telah bebas dari kemiskinan juga akan terbebas dari ancaman kelaparan.


5. Kesetaraan Gender. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan perempuan.
Sebagian besar anggota kelompok Tani Lestari Indah adalah para ibu. Mereka yang semula tidak produktif, kini menjadi memiliki kegiatan positif dan tambahan penghasilan. Buah mangrove yang bisa dimanfaatkan juga mendorong terbentuknya kelompok baru yang bergerak di bidang UMKM yaitu produksi sirup mangrove dan dodol mangrove dan seluruh anggota kelompok baru ini adalah perempuan.


8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak. Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.
Keberadaan usaha budidaya mangrove secara tidak langsung telah mendorong pertumbuhan ekonomi. Lapangan kerja tercipta dan dengan pendampingan dari Badak LNG kegiatan budidaya bisa berkelanjutan, bahkan terus berkembang.


14. Kehidupan Bawah Laut. Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan. 
Sebagai habitat beberapa hewan khas pesisir, keberadaan mangrove telah membantu melestarikan keberadaan mereka sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem laut.


15. Kehidupan di Darat. Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
Bagi makhluk yang tinggal di darat termasuk manusia, keberadaan mangrove adalah pelindung dari ancaman abrasi atau banjir yang datang saat air pasang.


17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan. 
Ali dan kelompok Tani Lestari Indah-nya memiliki tujuan yang disinergikan dengan cita-cita program Community Development Badak LNG. Jika Ali ingin lingkungan di sekitarnya terjaga sekaligus membantu masalah ekonomi anggota kelompoknya, Badak LNG pun memiliki cita-cita untuk Maju Bersama Masyarakat. Cita-cita ini sejalan dengan triple bottom line, konsep yang menjadi acuan sebuah perusahaan seperti Badak LNG dalam melaksanakan program-program Community Development.


Menurut konsep yang juga dikenal dengan nama "3P" tersebut, perusahaan yang ingin operasionalnya berkelanjutan harus berkomitmen pada aspek 3P yaitu profit, planet, dan people. Tidak hanya mencari profit, tetapi juga perusahaan harus bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan serta pemberdayaan masyarakat di sekitar daerah operasionalnya.


Melestarikan lingkungan dan mencapai tujuan SDGs memerlukan sinergitas antara berbagai pihak, baik individu maupun institusi. Yang terpenting adalah memulai aksi positifnya dari sekarang, supaya kelak hasilnya bisa dinikmati di masa depan.


Selamat melakukan aksi positif!

Monday, February 18, 2019

#StayAtHyatt, Ketika Keramahan Berpadu dengan Kenyamanan

Pertengahan Januari lalu, saya berkesempatan menginap di Hyatt Regency Jogya. Walaupun dalam rangka dinas, Alhamdulillah bisa ditemani keluarga tercinta plus bapak ibu kami berdua.

Berdasarkan info di profil Instagramnya, Hyatt Regency Jogya adalah pemenang pertama "Indonesia Green Hotel 2017". Sebagai orang yang concern sama lingkungan, predikat ini langsung menarik perhatian saya.

Begitu sampai di hotel, kami (kecuali Kanaya) dikalungi bunga oleh staf di lobi depan. Senang plus curiga juga sih, jangan-jangan mereka salah mengira saya rombongan Direktur karena kemarin saya memang mem-bookingkan kamar juga untuk Pak Direktur. Belum pernah diginiin akutu, terharu :___)))


Lorong lobi yang asri

Lalu, apa lagi yang menarik dari Hyatt Regency Jogya ini sehingga saya rekomendasikan untuk keluarga yang mau staycation di Jogya? Ini dia beberapa keunggulannya.

1. Area Outdoor Luas
Hyatt Jogya memiliki keunggulan yang jarang dimiliki hotel lain saat ini: halamannya super luas! Mulai dari area masuk ke hotelnya yang serasa di hutan saking rimbunnya pepohonan, padang golf, dan halaman di sekitar gedung hotelnya. Mungkin keunggulan inilah yang membuatnya memiliki predikat "Green Hotel". Udara rasanya bersih dan yang pasti, kedua mata dimanjakan oleh warna hijau pepohonan dan rerumputan di mana-mana.


Bisa guling-guling


2. Banyak Atraksi
Mulai dari naik delman sampai berenang di kolam air asin, semua ada di sini. Kami sempat mencoba atraksi naik delmannya (gratis doong :p ) karena tiba di hotel sebelum waktu check in. Lumayan puas, dibawa hampir ke sekeliling area hotel. Bagi penggemar olahraga sepeda, hotel ini juga menyediakan paket "bike tour" untuk "bersepeda melihat area pedesaan dan persawahan". Tapi saya nggak nyoba dan nggak liat juga sawahnya di sebelah mana :))). Beberapa teman saya sempat menyewa sepeda ke pihak hotel untuk berkeliling di sekitar lapangan golf.

Kankan naik delman

Omong-omong soal golf, lapangan yang dimiliki hotel ini sepertinya juga menjadi referensi para pegolf luar negeri. Selain menjadi tempat turnamen, beberapa turis asing yang menginap di sini sepertinya sengaja hanya untuk 'merumput' di lapangan golfnya yang memang terbilang luas. Kalau Kanaya udah bisa jalan, pengen deh mengajaknya jalan-jalan di rerumputan lapangan golf itu!
Yang suka berenang, pastinya juga akan dimanjakan oleh beberapa kolam yang dimiliki Hyatt Regency Jogya. Kolam anak, ada. Kolam dewasa, ada. Kolam whirpool, ada. Kolam air asin, juga ada.

Candi itu tempat buat seluncuran, btw 

Yang nggak kalah penting, Hyatt Regency Jogya punya banyak spot foto yang instagrammable banget. Salah satunya, spot foto dengan berlatar Gunung Merapi. Kalau cuaca cerah, bagus deh gunungnya terlihat jelas.

Hai Merapi, haaai~~

3. Memiliki Kamar dengan Connecting Door
Masalah kamar ini agak ribet ketika saya mau booking empat kamar untuk keluarga. Mba-mba marketing yang saya kontak umumnya agak sangsi memberikan kamar yang connecting karena sepertinya tingkat okupansi saat itu masih tinggi. Namun ketika akan check in, resepsionis memberitahukan bahwa 4 kamar yang saya booking masing-masing memiliki connecting door. Ini untuk tipe deluxe saja ya, nggak tahu kalau tipe lainnya heu.

Halaman belakang kamar. Kebetulan tipe kamar yang saya booking ada di lantai paling bawah, jadi punya balkon juga

4. Pilihan Makanan Beragam
Must try on breakfast: roasted chicken! Dengan pilihan saus barbeque, mushroom atau blackpepper. Enak banget ayamnya, empuk. Dan ayam panggang ini disajikan setiap hari, semacam menu wajibnya.
Pilihan makanan untuk sarapan di hotel ini sangat beragam. Mulai dari masakan Indonesia, barat, aneka pastry, buah, gorengan, dimsum, sampai menu khusus vegetarian (mixed vegetables with peanut sauce a.k.a pecel! :)) ). Menu makan siangnya menurut saya juga cukup variatif, pernah ada batagor sama siomay segala hahaha.

Area makan outdoor

Kalau mau sarapan, saya sarankan memilih area outdoor di pinggir kolam renang. Pemandangannya bagus, apalagi kalau yang sarapan masih sedikit. Kadang bisa merasakan angin sepoi-sepoi juga. Minusnya, ya ada aja sih asap rokok..hih!

5. Lokasi Strategis
Ini sotoynya saya aja sih yang belum kenal banget sama Jogya, karena rasanya Hyatt ini nggak terlalu jauh dari bandara dan pusat kota. Lokasinya juga nggak terlalu di pinggir jalan raya sehingga lebih tenang dan pemandangannya sejuk. Asik lah!

Kalaupun belum berkesempatan staycation sama pasangan atau keluarga, cobalah menginap di sini ketika ada kesempatan dinas dan rasakan sensasi perpaduan keramahan staf hotel plus kenyamanannya. Selamat mencoba!