Monday, April 18, 2016

Cerita Putri Pena: Kebetulan-kebetulan

Pernahkah kau mengalami kebetulan dalam hidupmu? Pasti pernah. Atau kau tidak menganggapnya sebagai kebetulan, melainkan hasil pengaturan Semesta?
Suatu hari, aku pernah memanjatkan doa pada Semesta. Memohon kehidupan baru, ilmu baru, dan kebahagiaan baru. Dan aku berjanji, akan bersabar menunggu mendapatkan semua itu.
Entah doaku sudah terkabul atau belum, tetapi saat ini kehidupanku terasa jauh lebih berwarna. Negeri Kilau yang dinamis membuatku mendapatkan ilmu baru nyaris setiap hari. Tidak hanya sebagai seorang prajurit, tetapi juga ketika menjadi diriku sendiri. Menjadi seorang Putri Pena.

Aku resmi bergabung dengan kelompok Panglima Strategi. Pilihan Sang Raja ini ternyata membawaku menemukan berbagai hal yang tidak pernah kusangka sebelumnya. Mengharuskanku lebih sering mengunjungi Negeri 1000 Dagang atau sekedar melewatinya. Mengharuskanku menguasai memanah sambil berkuda, di mana dua hal ini sangat dikuasai oleh ‘seseorang yang pernah kukenal baik’. Mengharuskanku membuat analisa bagaimana sistem perekonomian dapat berpengaruh begitu besar terhadap suatu negara, yang lagi-lagi hal ini pun dikuasai oleh ‘seseorang yang pernah kukenal baik’.
Tentu Semesta, aku bahagia dengan kesempatan ini. Tidak semua prajurit muda mendapatkannya, apalagi aku hanya seorang pendatang di negeri ini. Tentu juga Semesta, terkadang semua ini membuatku memikirkan hal-hal yang sudah tidak perlu dipikirkan. Hanya selintas, sungguh.
Kau tahu, suatu hari salah seorang panglima menemuiku. Meminta bergabung dengannya mengawal Sang Raja dalam kunjungan kenegaraan ke Negeri 1000 Dagang. Dalam kunjungan seperti itu, bukan tidak mungkin raja mereka didampingi orang-orang penting termasuk para ksatrianya. Aku tidak ingin menghindar, tetapi juga tidak ingin ‘menghampiri’. Apakah Kau ingin memberikan kesempatan itu sekali lagi, Semesta?
Atau mungkin Kau ingin mengujiku? Karena Panglima Strategi kemudian menugaskan hal lain untuk kulakukan sehingga tidak bisa bergabung mengawal kunjungan Sang Raja.
Sepertinya sudah bukan masanya untuk menebak-nebak apa yang akan terjadi berikutnya. Kurasa sudah cukup, Semesta. Sudah cukup mengikuti salah satu ujian yang Kau berikan dan ternyata aku tidak bisa mengerjakannya dengan baik. Setidaknya, begitulah keadaannya saat ini.
Bukan berarti dengan ini aku menyerah. Tidak, seorang putri sejati akan terus berjuang sampai kesempatan itu benar-benar hilang. Aku perlu menyiapkan diri lagi sebelum mengikuti ujian berikutnya. Setidaknya, persiapan ini dapat memperkecil peluang kegagalan bukan?
Terima kasih atas segala ‘kebetulan’ yang menghampiriku belakangan ini, Semesta. Sungguh, hidupku akan tetap baik-baik saja meski Kau masih menyiapkan beberapa ‘kebetulan’ seperti selembar surat yang hadir di tengah kesibukan latihan memanah sambil berkuda.

0 Comments:

Post a Comment