Friday, April 15, 2016

Cerita Putri Pena: Negeri Tetangga

Selamat pagi! Coba tebak aku berada di mana?
Pagi ini aku menemani sang Raja, Ratu, dan beberapa panglima ke Negeri 1000 Dagang. Iya, kau tidak salah membacanya. Negeri tempat sang Ksatria. Negeri tempatku pernah menjalin kisah bahagia.
Kunjungan kali ini berkaitan dengan strategi pertahanan Negeri Kilau. Konon Raja Negeri 1000 Dagang bersahabat erat dengan Sang Raja dan ia dikenal pandai mengatur strategi. Sang Raja tidak menginginkan adanya perang, tetapi pertahanan biasa pun dikhawatirkan tidak mampu meredam kebencian.

Sebagai prajurit, tugasku sebenarnya hanya mendampingi. Dalam pertemuan antara dua raja tersebut, prajurit dan panglima biasanya memang lebih diutamakan untuk menjaga keselamatan Sang Raja.
Tapi, hari ini Sang Raja memberi perintah khusus padaku sebagai seorang prajurit muda. Berjalan mengelilingi dan mengenal suasana Negeri 1000 Dagang. Biarlah pengawalan dirinya dipercayakan pada dua pengawal, titahnya.
Jadi, di sinilah aku. Sebuah taman kecil di dekat gerbang istana Negeri 1000 Dagang. Sejak kapan ada taman ini? Entahlah. Rasanya sudah bertahun-tahun aku tidak mengunjungi negeri yang bisa mencampuradukkan perasaan ini.
Taman ini dipenuhi bunga beraneka warna. Siapapun yang membuatnya pasti memiliki cita rasa yang tinggi. Belum lagi rumput dan pepohonannya yang terawat dengan baik. Mengingatkan pada Hutan Hijau.
Ah Semesta… sesungguhnya aku ingin mengatakan ini sejak awal: aku merindukannya. Merindukan saat bersamanya, merindukan saat menemaninya menyusun strategi perang, merindukan saat ia mengajakku masuk ke lingkungan istana, mengenalkanku pada para sahabatnya.
Ah Semesta… maafkan aku.
Ditambah sang Mentari yang sepertinya lebih memilih bersembunyi di balik awan, suasana siang ini sempurna membawaku kembali ke masa lalu.
Semesta, bagaimanakah kabarnya di sana? Hanya beberapa langkah mungkin aku bisa melihatnya lagi. Tetapi, kau tahu kan aku tidak mungkin melakukannya?
Jadi, tolong sampaikan salamku padanya ya Semesta. Salam dari seorang penduduk Negeri Kilau untuk seorang penduduk Negeri 1000 Dagang. Kalau Kau berkenan, ijinkanlah aku menitipkan  rinduku juga padanya.
Ketika aku menulis ini, seekor kupu-kupu menghinggapi penaku. Entah mengapa ia seperti enggan beranjak, padahal penaku bergerak-gerak.
Hai kupu-kupu,  sepertinya kita harus terus melangkah. Negeri 1000 Dagang tidak hanya taman dan istana itu kan? Iya, masih banyak tempat yang perlu kudatangi dan pelajari. Dan sepertinya para putri Negeri 1000 Dagang pun mulai menampakkan diri.
Baiklah, baiklah. Aku akan bergerak. Terus berjalan. Meraih tujuan. Menggapai masa depan. Bukankah itu yang Kau inginkan, Semesta? Melihatku bahagia?
Baiklah, baiklah. Selamat tinggal masa lalu dan sambutlah aku, masa depan!

0 Comments:

Post a Comment