Sunday, August 20, 2017

Serba-serbi Tes Alergi

Kata Ibu, kulit saya sensitif. Dari bayi umur lima bulan, saya pernah menderita penyakit biah, semacam bisul tapi terus menerus dan munculnya di sekitar muka. Ibu panik, tapi kata orang-orang justru itu pertanda bagus. Nanti kalau udah besar, kulit muka sang anak jadi bagus.
Alhamdulillah terbukti.
Beranjak dewasa, sensitifitas kulit semakin menjadi-jadi. Sampai akhirnya memutuskan untuk menjalani tes alergi. Kenapa nggak dari dulu? Terlalu banyak alasan untuk dijabarkan, dan sejujurnya agak gimanaaaa gitu sama 'dokter kulit' karena pengalaman konsul sama dokter kulit jaman dulu nggak terlalu bagus.
Sebelum menjalani tes alergi, saya beberapa kali bolak-balik ke dokter kulit (satu-satunya? :')) ) di Bontang ini. Konsul, dikasih obat, dilihat perkembangannya, baru dirujuk untuk tes. Sebenarnya memang penasaran juga sih saya alergi apa..apalagi saya tipikal hampir pemakan segala (kecuali seafood :p ).
Untuk menjalani tes alergi, kita harus bebas dari pengaruh obat yang diberikan dokter. Sekitar 10 hari dari obat terakhir diminum, kata dokter saya. Masuk akal sih, supaya hasilnya akurat nanti.
Singkat cerita, 10 hari kemudian akhirnya saya menjalani tes alergi. Sendiri T__T. Nggak papa sih sebenernya, agak takut aja pulangnya. Kebayang susah bawa motor sendiri karena kedua tangan pasti disuntik-suntik #takutduluan.
Tes alergi ini dilaksanakan oleh dokter THT. Saya pilih di tempat praktiknya, bukan di RS, supaya bisa tes di luar jam kerja dan lokasinya nggak terlalu jauh.
Sebelum 'disuntik-suntik' seperti yang terlihat di blog, saya dicek bagian telinga, hidung, dan tenggorokan. Ternyata ini sebabnya tes alergi dilakukan oleh dokter THT. Siapa tau pasien punya riwayat asma, sinus atau penyakit THT lainnya yang berpengaruh pada daya tahan kulitnya. Waktu periksa ini saya lagi flu, tapi secara keseluruhan dokter menyatakan saya bebas dari penyakit yang berhubungan dengan THT.
Tibalah saatnya tes yang bikin deg-degan. Yang pertama, dilakukan di bawah lengan kanan. Sang dokter menggambar semacam tabel sederhana dan diberi nomor. Di tabel itu, diberi cairan-cairan yang berpotensi menyebabkan alergi.
Sambil mengoleskan, dokter menjelaskan satu per satu cairannya. Mulai dari debu-debuan, serbuk, kulit hewan (termasuk kecoa!), seafood, daging, beberapa sayuran dan buah, sampai teh dan kopi.
'Oh gini doang toh tesnya.,' dalam hati pede karena nggak jadi disuntik-suntik. Nggak lama setelah tangan kanan dan kiri dioles cairan-cairan tadi, asisten sang dokter kembali mengambil banyak botol kecil DAN ADA JARUMNYA.
Duh Gusti! Nggak boleh nangis!! T__T
Satu per satu, sang dokter 'mencolek' tipis kulit saya di tabel-tabel itu. Satu tabel satu jarum. Udah nggak konsen sama penjelasan dokternya karena keburu meringis menahan nyeri. Rasanya nggak sesakit disuntik sih, tapi tetep aja.. :____(


Setelah 31 jarum, saya diminta menunggu di luar untuk menunggu reaksinya. Sekitar 10 menit katanya. Jadi, saya kembali ke ruang tunggu bersama ibu-ibu yang kepo tangan saya kenapa.
Setelah dua pasien (lebih dari 10 menit!) saya dipanggil kembali ke ruangan dokter untuk dibacakan nasib, eh, hasilnya.  Di antara 31 lokasi ini, ada dua tempat memang yang keliatan bentol merahnya lebih menonjol dibandingkan yang lainnya. Artinya, dua zat inilah yang berpotensi menimbulkan alergi pada saya.
Dan dua zat itu ternyata...
COKELAT DAN UDANG.
Dua makanan yang agak saya suka :____)))
Oke, sebenarnya saya nggak terlalu addict sama cokelat memang. Dulu aja makan cokelat satu bar bisa habis bermenit-menit karena makannya diemut. Bukan apa-apa, takut sakit gigi karena saya juga punya riwayat sakit gigi yang lumayan panjang.
Belakangan, saya mulai berani makan cokelat secara normal. Digigit dan dikunyah. Walau nggak setiap hari makan cokelat batangan, saya baru sadar kalau unsur cokelat juga ada di makanan atau minuman lain yang biasa saya konsumsi. Sebut saja susu, es krim, kue, dan cemilan lainnya rasa cokelat.
Yang paling bikin greget? Mas LNG baru pulang dinas dan salah satu oleh-olehnya adalah cokelat putih kesukaan. Nggak boleh segigit aja ya? :____)))
Kalau udang sih..nggak terlalu masalah karena memang nggak makan seafood juga. Sedikit bermasalah karena sebenarnya hewan ini yang paling bisa saya makan di antara seafood lainnya selama ini.
Yasudahlah.
Tapi, dokter THT saya kurang puas dan masih penasaran ternyata. Saya diminta tes alergi tahap kedua untuk mengetahui penyebab detilnya karena siapa tau ada zat yang berpotensi menimbulkan alergi tapi tidak terdeteksi dari hasil tes tadi. Jadi, dua minggu lagi saya akan tes IGe (kalau nggak salah) dengan cara diambil darahnya di lab. Semoga cukup sekali aja diambilnya dan di satu titik :__)
Tes alergi ini direkomendasikan buat yang punya kulit sensitif juga dan cenderung makan aja. Dengan tes alergi, seenggaknya kita punya panduan zat apa aja yang harus dihindari supaya alerginya nggak kambuh. Di Bontang sendiri, tes alergi tahap 1 seperti yang saya jalani biayanya Rp 300.000,00. Setelah tes, dokter masih ngasih resep untuk obat alergi dan vitamin E untuk membentuk kekebalan tubuh (katanya).
Jadi, tes alergi nggak sehoror yang dibaca di google ternyata. Dan ingatlah, bagaimanapun kesehatan itu yang utama dan perlu diutamakan. Kalau tubuh udah mengeluarkan 'pertanda', beristirahatlah sejenak dan mungkin bisa segera diperiksakan ke dokter sebelum semakin parah.
Semoga kita semua selalu sehat lahir batin :).

Monday, July 31, 2017

Sunday, July 30, 2017

Tentang Memaafkan dan Melupakan

Pada suatu acara (sebut saja 'arisan') yang bertabur bocah, dua anak laki-laki terlibat perebutan mainan. Keduanya masib balita, mungkin sekitar 2 tahunan atau kurang. Belum bisa jelas bicara dan banyak berkata-kata.

Dua anak laki-laki ini, kita sebut saja dedek A dan dedek B. Mereka memperebutkan sebuah mobil mainan yang entah milik siapa. Mungkin punyanya dedek B, karena arisannya di rumahnya. 

Rebutan yang awalnya 'hanya' tarik-tarikan mobil mainan, meningkat menjadi dedek A memukul dedek B. Keduanya sama-sama kaget dan hampir menangis. Dedek B langsung melepaskan tangannya dari mobil yang diperebutkan dan terdiam. Dalam hitungan detik mungkin dia udah cirambay dan membuat suasana arisan makin 'ramai'.

Untuk mencegah hal itu terjadi, ibu masing-masing dedek langsung bertindak. Ibu dedek A menyuruh sang anak meminta maaf dan meminjamkan mobilnya ke dedek B. Ibu dedek B membesarkan hati anaknya dan menyuruh sang anak bermain mainan lain. 

Alih-alih memperhatikan cara mengasuh anak, adegan selanjutnya berlangsung unyu. Dedek A mengulurkan tangan, tanda meminta maaf kepada dedek B. Dedek B yang masih gengsi (atau sakit kena pukul? :'( ) diam, tidak mau melihat apalagi menerima uluran tangan itu. Ibu dedek B membujuk agar anaknya menerima permintaan maaf itu. Begitu juga ibu dedek A, mengarahkan sang anak untuk memberikan mobil-mobilannya sebagai tanda keseriusan meminta maaf.

Akhirnya dedek B luluh. Uluran tangan diterima, begitu juga dengan mobil-mobilannya. Bonusnya, dedek A mencium kening dedek B yang tadi sempat kena pukul. Walaupun nggak langsung main bersama, keduanya kembali asik dengan mainan masing-masing. Lupa dengan pertengkaran tadi. Para ibu mengapresiasi kejadian tadi dan memuji kedua dedek yang bisa sama-sama 'legowo'.

Kalau hidup sesimpel pemandangan tadi, mungkin semua terasa lebih mudah. Berantem sebentar, cepet baikannya. Yang satu cepat meminta maaf, yang satu lagi cepat memaafkan. Lupa sudah dengan penyebab atau bahkan rasa sakitnya setelah dikeplak. Main bareng lagi, ketawa bareng lagi. Indahnya menjadi anak kecil yang sudah memberikan pelajaran sederhana itu.

Nggak lama setelah 'perdamaian' dedek A dan dedek B, ada kejadian baru. Kali ini, dedek A rebutan dengan dedek C, anak perempuan seumurannya yang juga tertarik dengan mainan truk. Tanpa pikir panjang, dedek A kembali melayangkan keplakan singkat yang langsung membuat dedek C menangis. 

Ibu dedek A kembali memerintahkan hal yang sama kepada anaknya. Sementara, ibu dedek C menenangkan anaknya sambil membujuk sang anak untuk bermain boneka aja. Tak lama, dedek A akhirnya mendekati dedek C untuk meminta maaf. Mengulurkan tangan dan memberikan truk mainan. Plus, mencium kening dedek C untuk meredakan tangisnya.

Bukannya berhenti, tangis dedek C malah semakin keras. Entah karena masih sakit dikeplak, atau 'sakit' karena nggak berhasil mendapatkan yang diinginkan :__)). Butuh waktu agak lama sampai akhirnya dia berhenti menangis dan hanya memegang truk tanpa memainkannya.

Simpulan awal tentang anak-kecil-cepat-meminta maaf-dan-memaafkan pun berubah. Melihat situasi kedua tadi, mungkinkah anak perempuan pada dasarnya memang sulit memaafkan apalagi melupakan? Kalau kata teman saya malah, "Perempuan nggak suka main-main apalagi dimainin." :___)))

Semoga semakin besar akan semakin sadar, tidak ada salahnya meminta maaf duluan dan lebih berbesar hati memaafkan duluan. Kalaupun kebiasaan itu belum bisa mewujudkan perdamaian dunia, minimal bisa mewujudkan kedamaian bagi diri sendiri di tengah kehidupan yang semakin random.

Source: Pinterest

Tuesday, July 4, 2017

7 Rekomendasi Vendor Pernikahan ala #RYLNGStory

Belum ada genap setahun, saya pernah posting mengenai kesiapan meraih resolusi ketiga. Pada tulisan itu, kesiapannya memang lebih dari segi mental. Ada 14 pertanyaan yang bisa mengindikasikan apakah si penjawab sebenarnya sudah siap menikah atau belum. Dan si penjawab yang sok iye itu dengan pedenya menjawab di blog padahal saat itu belum ada bayangan jelas tentang resolusi ketiganya :)).

Setelah kemantapan hati itu ada, rupanya segala hal menuju terlaksananya acara sakral itu juga perlu disiapkan dengan matang. Nggak sekadar aspek yang besar seperti tempat, dekor, baju (dan seragam), dan katering ternyata, melainkan banyak sekali printilan yang perlu dimatangkan.

Sederhananya, acara sakral ini melibatkan dua pihak. Yang tidak kecil ternyata, besar sekali. Maka, membuatnya pun perlu melihat dari berbagai sisi, termasukn
mempertimbangkan kenyamanan keluarga besar dan tamu yang akan datang.

Berbicara mengenai pernikahan, kata pertama yang terlintas di benak saya saat itu adalah 'rustic'. Klasik, timeless. Natural. Sederhana. Berkesan. Beda. Belakangan setelah browsing sana-sini, ternyata tema rustic sepertinya memang cukup banyak digemari para calon manten. Hehe.

Setelah tema pernikahan rustic disetujui juga oleh Mas LNG, detil terkait tema itu langsung dicari. Pilih, pilih, lucu, suka, harga nggak masuk budget, menjadi tahapan selanjutnya. Memilih segala sesuatu untuk acara sakral ini memang perlu pertimbangan matang karena bagi saya ini akan menjadi acara yang diselenggarakan sekali seumur hidup. Namun harus memilih dengan rasional juga dan melihat 'asas manfaat'nya, mengingat setelah menikah pasti bakal banyak kebutuhan yang perlu dipenuhi.

Referensi utama saya mencari hal-hal terkait tema rustic ini adalah Pinterest dan Instagram. Tinggal masukkan hashtag atau keyword yang dicari, dan voila! Keluarlah beragam referensi yang bikin nggak sabar pengen segera menikah :___)))).

Pinterest lebih diperuntukkan mencari konsep, sedangkan Instagram untuk mencari mereka yang bisa mewujudkannya. Misalnya begini. Saya mencari referensi dekor atau undangan tema rustic di Pinterest, lalu mencari vendor yang kira-kira bisa mewujudkannya. Walaupun hasilnya nggak mirip-mirip banget, ya lumayanlah suka hehe.

Jadi, tujuan tulisan ini apa? :))

Betul, memberi referensi atau rekomendasi vendor yang kemarin berjasa membantu terwujudnya acara sakral itu. Sebagian ditemukan di dunia maya, tapi nggak sedikit juga yang ditemukan di dunia nyata.

Maka, kalau kamu kurang lebih mirip saya, suka sesuatu yang lain daripada yang lain tapi bagus dan unik, menyiapkan acara dari jarak jauh, lokasi acara ada di kota kecil yang belum banyak referensi vendor wedding, semoga tulisan ini bisa cukup membantu :)

1. Bahman
Vendor yang satu ini ada di Sumedang, kota tempat acara dilangsungkan. Konon jasanya udah terkenal bagus dan ternyata keluarga saya beberapa kali bekerja sama untuk acara nikahan sodara dan khitanan.

Sebagai vendor senior yang sudah punya nama, jasa yang disediakan Bahman lengkap. Kemarin saya memakai tenda, dekorasi, katering, make up (pengantin dan keluarga), seragam keluarga dan penerima tamu, plus mobil pengantin.

Tenda, dekor, dan make up untuk saya disiapkan mulai dari acara pengajian. Meski dekor dan make upnya nggak seperti referensi dari Pinterest maupun Instagram, hasilnya cukup memuaskan dan banyak tamu yang suka. Ohya, kateringnya juga enak terutama jus jambunya yang menggunakan buah asli! Sayang saya nggak terlalu sempet mencicipi sebagian besar hidangannya :))

2. Enan Dharsita
Ini bukan vendor sih, lebih tepatnya sosok orang yang memiliki beberapa koneksi vendor pengisi acara. Kang Enan sendiri berprofesi sebagai MC dan jasanya sudah terkenal di kalangan tokoh masyarakat Bogor dan sekitarnya. Meskipun kiprahnya di sana, Kang Enan ternyata sesama wargi Sukatali (desa nenek, tempat acara) dan masih ada hubungan keluarga. Cincaylah untuk book beliau di tengah kepadatan jadwalnya :))).

Selain jasa MC Formal - Sunda mulai dari pengajian sampai resepsi, Kang Enan juga membawa 'tim hore' berupa dokumentasi foto dan video (pake drone!), pengisi acara, dan beberapa orang WO-nya yang memastikan semua acara berjalan tepat waktu.

Btw, kami nggak pakai WO khusus untuk acara sakral ini. Semua rangkaian acara Alhamdulillah dibantu oleh keluarga kedua belah pihak. Pengisi acara yang disiapkan Kang Enan juga termasuk 'prosesi' pengajian, siraman, dan adat Sunda sebelum memulai resepsi. Sesuai idaman :')

3. Aksa Bride
Inilah vendor yang ditemukan di IG berkat keukeuhnya ingin membuat undangan dengan konsep yang unik dan beda. Di antara konsep undangan rustic yang bertebaran, vendor dari Jogya ini bisa membuat undangan yang sekaligus berfungsi sebagai pembatas buku. Desain dan ilustrasinya lucu. Mereka juga cukup kooperatif melayani permintaan (baca: revisian) dari saya dan Mas LNG sebelum akhirnya undangan siap cetak dan disebarkan. Maklum, di sini terbiasa dengan urusan cetak mencetak, jadi segala tahapan prosesnya mulai dari konsep awal, desain, draft, sampai dummy perlu dicek quality controlnya supaya hasil akhirnya sesuai harapan.

4. Amethyst
Ini vendor untuk menyewa baju pengantin di Sumedang. Perihal baju pengantin ini awalnya sempat ada beberapa wacana, di antaranya cukup mengenakan satu baju sepanjang acara dan ingin jahit sendiri.

Sebelum menemukan butik mini ini, saya sebenarnya sangat tertarik dengan salah satu baju kebaya-modern-muslim-Sunda hasil berburu di IG. Nggak paham detil bahan dan printilannya, yang jelas model dan tampilan kebaya itu terlihat elegan. Saat mengontak penjahitnya, ternyata kebaya itu bukan disewa, melainkan dibuat khusus untuk kliennya. Saya juga disarankan untuk kontak langsung ke kliennya aja kalo berminat tapi gengsi lah ya. Dan takut ga muat sih hehehe.

Penemuan butik Amethyst ini berkat rekomensasi teteh make up-nya Bahman. Pada kunjungan pertama, di butik terpajang satu set kebaya modern dengam model yang cantik dan warna yang sesuai tema. Langsung deh jatuh hati dan memutuskan untuk menyewanya dengan sedikit perombakan ukuran! Untungnya saat fitting sekali-kalinya, baju pengantin prianya pas sekali di Mas LNG sehingga nggak perlu ada yang diubah. Kalo udah jodoh mah gitu ya :')

5. Dedy Pangjaitan
Sepertinya ini tukang jahit terbaik dan terefisien yang pernah saya temukan. Terletak di seberang jalan desa, Dedy Pangjaitan dipercayakan menjahit kebaya akad saya plus baju-baju Ibu dan para Ua. Mau tahu ongkos jahitnya berapa?
10%nya biaya semesteran jaman kuliah, Sodara-sodara! Murah kan? :____))) Tapi jangan salah, hasilnya nggak kalah rapi dan cantik seperti karya penjahit yang mematok harga lebih mahal.

6. Alifa Craft
Sesuai namanya, vendor hasil nemu di IG ini menyediakan beragam pilihan souvenir jadi. Pada awalnya souvenir mau yang agak rustic sih.. tapi mengingat fungsi juga penting, maka pilihan jatuh pada kipas bali warna-warni. Sebenarnya kalau search di IG, banyak vendor yang menyediakan souvenir serupa. Bedanya, Alifa Craft ini menawarkan harga yang bersahabat plus bebas ongkir untuk pengiriman ke seluruh area di Jawa! (saat itu sih..nggak tau ya kalau kebijakannya sudah berubah)

7. Tote Souve
Souvenir rustic ala-ala akhirnya bisa terwujud di acara unduh mantu di Kediri. Gelas enamel diameter 6 cm warna putih dengan desain yang bisa custom. Vendor ini dipilih karena saat itu, di tengah pencarian dadakan dan kelangkaan barangnya, hanya dia yang bisa menjamin ketersediaan gelas enamel warna putih polos. Mas LNG dan saya memang keukeuh ingin gelas enamel yang putih polos supaya kalau diberi desain custom kesannya lebih elegan dan bersih hehe.

Sebenarnya masih banyak lagi printilan dalam menyiapkan acara pernikahan dan rekomendasi vendor. Supaya nggak ribet sendiri, cobalah buat check list kebutuhannya sehingga nggak ada yang kelupaan di hari-hari terakhir. Pastikan juga segala pilihan sesuai budget dan tetap berkualitas. Jangan terlalu memaksakan, karena perjalanan ke depan masih memerlukan bekal jangka panjang. Belajar dari pengalaman saya, cobalah juga melihat potensi daerahnya dulu dalam mencari vendor-vendor pernikahan. Walau di kota kecil, ternyata ada kok para penyedia jasa yang bisa membantu kita mewujudkan pernikahan impian.

Jadi, udah beneran siap? Good luck! ;)

Tuesday, May 2, 2017

Berdoa untuk Jodoh

"Gue pernah denger, katanya kalo berdoa tuh yang spesifik," kata seorang teman di sela mini reunian baru-baru ini.

Di usia sepantaran kami, masalah jodoh memang menjadi topik yang selalu ramai dibicarakan. Kalau statusnya masih single available, topik bahasan biasanya seputar 5W + H Cara Mendapatkan Jodoh. Kalau salah satu ada yang sudah menemukan, topiknya akan lebih spesifik mengenai Tips & Trik Mendapatkan Jodoh. Tentu disertai bumbu-bumbu lain sehingga ceritanya jadi panjang dan lama.

Pada suatu masa, saya pernah berada di situasi di mana chit-chat dengan teman dekat hampir selalu berujung pada topik 5W + H ini. 'Galau', kalau bahasa kekiniannya mah. Umur semakin berkurang, kerjaan nggak berkurang-kurang, malah undangan pernikahan yang terus bertambah. Beberapa di antaranya dari teman dekat pula. Pada masa itu, kadang saya bersyukur hidup merantau nun jauh di sana. Mengurangi frekuensi ditanya "Kapan atuh?"! Karena yang nanya seringnya sambil senyum, maka jawabnya perlu sambil senyum dan pede juga walau belum ada bayangan sosok siapapun saat itu, "Tunggu aja. Nanti juga ada :)"

Pada suatu masa yang lebih lampau lagi (sebut saja di masa masih 'bocah'), saya juga pernah mendengar quote yang sama seperti teman saya tadi. Yang ngomong motivator pula, jadi aja langsung dipraktikkan. 

"Berdoalah yang spesifik, minta dengan detil, insyaAllah bisa lebih cepat terkabul," sarannya. Saya, yang kata orang-orang di umur segini pun masih 'polos', ya nurut aja. Meminta sesuatu kepada Sang Pemberi Segalanya dengan spesifik, detil, bahkan sampai disebutkan alasan memintanya.
 
Hasilnya?

Terkabul. Setelah beberapa bulan. Dan efeknya juga sebentar, sesingkat setelah alasan meminta dulu diperlihatkan :)))

Beberapa masa kemudian, saya tersadar bahwa mungkin yang terlalu spesifik itu belum tentu yang terbaik buat saya bila dikabulkan. Termasuk untuk urusan jodoh, yang dalam kamus saya disebutnya 'resolusi ketiga'.

Maka, saya merevisi doa untuk resolusi ketiga ini.

Bukan lagi 'segera', melainkan ketika saya dirasa oleh-Nya sudah siap. Sudah siap lebih bertanggung jawab, lebih dewasa dalam berpikir dan bersikap, juga sudah 'kenyang bermain'. 

Bukan lagi 'yang sempurna', melainkan yang bisa saya terima apa adanya sebagaimana sosok itu menerima saya seutuhnya
.
Bukan lagi 'yang terbaik versi saya', melainkan yang terbaik bagi saya versi-Nya, yang bisa menuntun saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan semoga saya juga bisa mendampingi sosok itu untuk terus berkembang menjadi semakin baik.

Bukan hanya 'menjaga hati', tetapi juga menitipkan hati kepada-Nya supaya kelak bisa diberikan kepada sosok yang tepat, yang bisa menjaganya dengan baik, dan bisa saya jaga pula hati milik tersebut.

Dan jika kami pada akhirnya dipertemukan, disatukan dengan ridho-Nya, semoga semua yang kami perjuangkan dan kelak akan dijalani bisa menjadi ibadah dan bernilai berkah, bagi kami, keluarga, dan orang-orang di sekitar kami.

Yakinlah, doa yang dipanjatkan secara ikhlas dan rutin suatu saat akan dikabulkan. Doa random aja sering terkabul kok :__))) Apalagi doa yang sungguh-sungguh dan efeknya bukan hanya untuk sesaat, melainkan seumur hidup. Dan sambil menunggu doanya dikabulkan, teruslah memperbaiki diri, menebar kebaikan, memberi manfaat, dan tetap berpikir positif.

Sudah berdoa hari ini? :)

Source: Pinterest

Friday, April 28, 2017

How I Met My Partner

"Kok bisaaaa? Gimana ceritanyaaaa?"

Inilah reaksi umum yang saya dapat ketika baru-baru ini membagikan undangan pernikahan untuk teman-teman dekat. Dibilang 'mendadak nikah' sebenarnya nggak juga sih, karena persiapannya cukup lama dan memang sayanya aja yang nggak banyak berbagi cerita. Hehe.

Saya lupa kapan pertama kali tepatnya 'mulai memerhatikan' Mas LNG ini. Mungkin setelah nemu akun instagramnya yang mem-posting acara seminar di kantor yang saya selenggarakan. Bukan kepo ya, nemu berdasarkan hashtag! #exanakahensi :p Postingannya menarik perhatian karena di antara minimnya pekerja yang hadir waktu itu, ternyata masih ada orang yang bisa mengapresiasi materi yang dibawakan narasumbernya. Lumayanlah, mengurangi rasa capek karena nyiapin acaranya.

Atau mungkin juga setelah mendengar cerita tentangnya dari teman kantornya. Luar biasa sekali mendengar teman kantornya ini mengapresiasi dia. Selain kagum, saat mendengar cerita itu saya justru sempat menyimpulkan, "Orang sehebat ini mah pasti udah ada yang punya...Pendampingnya juga pasti nggak kalah luar biasa.. ." . Untungnya (?) teman kantornya langsung mengklarifikasi, "Kayaknya belum deh, nggak tau tuh.."

Beberapa bulan kemudian, pikiran random tadi seolah ditunjukkan jalan untuk menemukan jawabannya. Saya berkesempatan bekerja sama dengan Mas LNG untuk sebuah project.

Kesan pertama setelah ketemu sosok aslinya? Orangnya asik, bisa diajak kerja sama. Berbeda dengan orang-orang technical pada umumnya yang cenderung serius, dia justru tergolong yang rame.

Udah, segitu aja. Lha wong ketemunya juga sebentar banget.

Selanjutnya, semua berjalan mengalir. Muncullah kesan kedua, ketiga, dan seterusnya sampai akhirnya berani mengatakan "Siap."

Tentu memutuskan kesiapan ini nggak serta merta, melainkan dengan usaha juga dan berdoa.

Pada akhirnya, saya bisa menjawab pertanyaan diri sendiri yang ini. Bahkan jawabannya seolah diberikan nggak lama setelah posting tulisan itu. Waktu nulis juga udah sambil agak geer sih, siapa tau calon jodoh saya membacanya. Geer sama pede beda tipis memang :')

Jadi buat teman-teman yang masih mencari, cobalah lihat di sekelilingnya lagi. Siapa tau sosok itu juga sudah ada di sana, sedang memantaskan diri. Sambil menunggu, marilah terus menyiapkan hati. Meminta diberikan yang terbaik menurut Yang Maha Kuasa. Dan jika kita dirasa sudah siap, percayalah, sosok yang terbaik itu akan datang tepat pada waktunya.

Monday, April 17, 2017

Goals & Objectives

Hari ini di kantor, superior saya mengajak 'merumuskan' beberapa Goals & Objectives (G&O) seksi kami. Tumben, biasanya saya tinggal terima jadi aja hehe.

Membaca poin-poin G&O seksi membuat saya teringat kembali dengan resolusi-resolusi yang biasa disampaikan menjelang pergantian tahun atau usia. Alhamdulillah resolusi terbesar ketiga (alias 'resolusi ketiga) akan dicapai tahun ini. Tentu setelah itu ada lagi resolusi keempat, kelima, dan seterusnya yang ingin dicapai dalam hidup. Karena resolusi lingkupnya terlalu general, mungkin saya perlu 'menurunkannya' menjadi lebih spesifik. 

Source: Pinterest
Maka, inilah beberapa 'G&O Individu' yang ingin saya capai selama rentang usia satu tahun ke depan:

1. Bebas Pilek Per Bulan
Entah pengaruh cuaca yang makin labil atau badan yang mulai renta, belakangan ini rasanya adaaaa aja kena penyakit pilek/batuk/tenggorokan sakit/suara nyaris ilang. Mungkin kurang minum air putih. Mungkin juga kurang makan buah dan sayur.
Di usia yang baru ini, saya semakin sadar badan nggak se'kuat' dulu. Apalagi intensitas bergeraknya makin sedikit. Jalan kaki pun semakin jarang. Sering kerja di ruang ber-AC, tapi sekalinya ke lapangan matahari garis khatulistiwanya serasa di ubun-ubun.
Untuk mencapai poin ini, mungkin saya akan kembali rajin masak sayuran (yang itu-itu aja :""))) ) plus menyediakan buah-buahan di rumah. Dan lebih banyak bergerak deh, apalagi udah ada yang bisa diajakin jalan pagi-pagi di hari weekend atau trekking ala ala di hutan Kalimantan hehe.

2. Berani Nyetir Mobil
Matic aja. Dan kalau bisa punya sendiri aja. 

3. Mengikuti Lomba Individu / Menulis Paper
Maksudnya bukan lomba yang atas nama Perusahaan. Atas nama sendiri atau tim kecil juga nggak papa. Saya baru nyadar jiwa kompetisi mulai pudar karena udah jarang diasah. Menulis paper ini juga perlu supaya otak kiri dan kanan tetap terjaga keseimbangannya #naon. 

4. Masak Seafood
Yang jenis apapun, tapi kalau bisa selain ikan. Supaya yang mau dikasih makan nggak protes disuguhin ayam terus :___))) 

5. Jelajah Tempat Baru
Mengunjungi satu kota/negara yang belum pernah dikunjungi sama sekali. Syukur-syukur kalau bisa mengunjungi berdua ehehehe.

Itulah tadi lima poin G&O Individu yang ingin dicapai selama rentang usia satu tahun ini. Tolong ingatkan saya supaya konsisten ya. 

Kalau kamu, apa G&O nya yang masih ingin dicapai?

Wednesday, March 29, 2017

Berawal dari Mimpi

I had a dream the other night..

..Pada salah satu acara Perusahaan yang namanya kurang lebih "Malam Apresiasi Pekerja Kategori I".

Waktu itu saya masih tergolong anak baru. Kebetulan departemen saya sering diminta supportnya untuk event, jadi walaupun acara itu di bawah koordinator departmen HRD, saya hadir. Untuk memastikan tim publikasi dan dokumentasi ada di tempat dan siap mengabadikan semua momen.

Sebagai pekerja yang masih minim pengalaman, kemampuan menghafal orang, apalagi prestasi, malam itu saya kebanyakan celingak-celinguk di meja belakang. Menanti cemilan disajikan. Atau menunggu diajak ngobrol orang.

Saya semeja dengan para ibu. Lupa, ada karyawatinya nggak ya. Yang jelas, sebagian besar adalah istri pekerja (dan pastinya saya juga belum banyak kenal bapak-bapaknya :__))) ). Saya juga belum terlalu memahami esensi acara itu sampai datanglah seorang ibu, saya tahu dia karyawati, duduk bergabung di meja saya.

"Selamat yaaa!" kata (sebut saja) Ibu Ceria yang menyambut ibu karyawati tadi.

"Makasih," jawab ibu karyawatinya singkat, tapi sumringah.

Mereka dan beberapa ibu lainnya kemudian terlibat obrolan. Dari mendengarkan, akhirnya saya tau kalau suaminya ibu ini, yang juga salah satu pekerja, dinobatkan menjadi salah satu pekerja terbaik dari Perusahaan berkat inovasi-inovasinya.

Satu quote kemudian terlintas: di balik laki-laki hebat/sukses, pasti ada perempuan hebat yang selalu mendukung dan mendoakannya.

Dan saya salut sama ibu karyawati tadi. Di tengah tanggung jawabnya sebagai seorang pekerja juga, dia nggak melupakan tugas utamanya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga sejati. Mendampingi sang suami.

Maka...pikiran random pun terlintas di tengah senyum sambil mendengarkan cerita ibu karyawati..

Seandainya..

Seandainya orang yang saya dampingi nanti adalah sesama pekerja juga...

Semogaaa suatu saat saya bisa  'mengantarkannya' menjadi salah satu sosok yang terbaik itu.

Amin.

Kenapa bukan mendoakan supaya diri sendiri yang kelak bisa maju ke panggung? Karena saya lebih bahagia kalau melihat orang yang saya dampingi kelak berbahagia :).

Doa selintas itu terucap tanpa ada bayangan siapa orang yang akan saya dampingi. Masih baaaaanyak sekali kemungkinan yang bisa terjadi. Tapi, nggak ada salahnya sedikit berharap kan? Hehe.

Sampai suatu hari, sosok itu memasuki kehidupan saya. Mewarnai, bahkan. Saya bukan Manajemen ataupun atasannya yang berhak menentukan dia menjadi yang terbaik atau bukan secara profesional, tapi dengan menjalani hari-hari bersamanya, saya tau dia layak mendapat predikat itu.

Dari cerita orang-orang tentangnya, hampir sebagian besar mengapresiasi ketulusan hatinya dalam setiap melakukan tindakan. Dari pertama kali melihat casing HPnya yang ternyata ada logo Perusahaan, terlihat betapa besar nasionalisme dan dedikasinya. Sebagai orang humas, saya terharu melihat inisiatifnya memasang logo di casing HP. Saya aja nggak kepikiran! :)) Dan dari inisialnya yang kebetulan sama dengan produknya Perusahaan, saya tau dia 'istimewa'.

Dan malam ini, mimpi selintas saya tahun lalu terwujud. Dengan skenario tidak persis seperti yang saya bayangkan, tetapi lebih seru dibandingkan yang saya harapkan. Belum resmi mendampingi, tetapi melihatnya malam ini sudah bisa membuat ikut berseri-seri. Apalagi ketika dia dan beberapa pekerja terbaik lainnya diminta menyanyikan 'lagu kebangsaan' kami. Duh, Gusti! :""")))

Sekali lagi, selamat Mas LNG! Mari terus bermimpi dan bersama mewujudkannya. Terima kasih sudah mau didampingi dan siap mendampingi. Semoga kita bisa bersama meraih kebahagiaan yang hakiki.


Monday, March 27, 2017

Satu Hari

Kadang saya suka bingung kalau ada libur sehari di tengah-tengah minggu. Mau ke luar kota nanggung dan ribet bikin ijin, tapi kalau di rumah aja kok ya... sayang. Mau di dalam kota pun ke mana? :__))

Mungkin inilah salah satu resiko dari ngayal di angkot di tengah macet parahnya Cileunyi - Jatinangor. Resiko dari pengen-tinggal-di-tempat-yang-tenang-tanpa-macet-dan panas-panasan. Alhamdulillah panas-panasannya aja yang dapet, macetnya nggak. Alhamdulillah, 'tenang'nya pun dapet.

Saking tenangnya, seperti udah kehabisan ide untuk quick getaway kalau libur sehari di tengah minggu. Semua tempat potensial udah dijelajahi dari jaman anak-anak PEP masih aktif kongkow bareng.

Ada sih satu hal yang penasaran pengen dicoba sebenernya: quick getaway dari pagi ke Jembatan Pagung. Bawa bekel dari rumah kalau perlu.

Entah kenapa, saya suka sekali suasana di sana. Sepi, tenang, tapi nggak menyeramkan. Nggak takut ada buaya, air maupun darat. Apalagi kalau matahari lagi nggak terlalu kuat bersinar. Ditambah angin sepoi-sepoi. Rasanya semua pikiran bisa diistirahatkan sejenak.

Sayangnya lokasinya termasuk 'jauh banget' kalau dari rumah. Seberani-beraninya dulu ngebolang di Bandung sendirian, kalau ngebolang di sini rasanya belum sepede dulu :)).

Lyfeeee~~

Source: Pinterest

Monday, January 30, 2017

Tentang LNG

"Ini semua tentang LNG," kata Superior saya tadi pagi. Konteks sebenarnya adalah persiapan salah satu program kerja kami yang akan dikenalkan kepada publik dalam waktu dekat. Tapi sepertinya, frase ini bagus juga untuk menjadi bagian pembuka sebuah tulisan. Mirip judul novel terbarunya Tere Liye-lah.. "Tentang Kamu".

Ini semua tentang LNG. Apa yang diketahui tentangnya?

Sampai usia seperempat abad, saya nggak tau LNG itu apa. Malah lebih akrab sama 'saudara'nya, LPG, karena dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kalau dengan LPG, terdengar lebih familier kan?

Ini semua tentang LNG.

Liquefied Natural Gas. Gas alam yang dicairkan. Zat gas yang diubah menjadi cair. Benda yang proses perubahannya kayaknya belum pernah diajarin di jaman sekolah dulu (atau udah, tapi kesekip :p ). Sesuatu yang baru dikenal sekarang padahal kayaknya dari dulu udah cukup dekat sama kehidupan.

Ini semua tentang LNG.

Yang proses pembuatannya melibatkan tekanan super besar untuk menghasilkan produksi maksimal. Yang proses pembuatannya membutuhkan standar keselamatan tinggi, dan tentunya dedikasi agar bisa memberikan yang terbaik bagi negeri.

Ini semua tentang LNG.

Prosesnya berawal dari menghilangkan karbon dioksida yang ada di gas alam dan berlanjut menghilangkan kandungan air serta merkuri. Setelah ketiga zat tadi 'pergi', gas alam lalu difraksinasi alias dilakukan pemisahan sesuai komponen penyusunnya. Ada metana, etana, propana, butana, juga pentana. Dalam proses pembuatan LNG, komponen yang lebih dibutuhkan adalah metana. Namun, komponen lain seperti propana juga tetap berperan. Metana selanjutnya didinginkan menggunakan MCR (Multi Component Refrigerant) dan dicairkan di MHE (Main Heat Exchanger).

Kalau mau tau lebih detilnya, bisa cari literatur lain atau ngobrol sama orang-orang yang punya latar belakang di bidang Kimia ya.

Ini semua tentang LNG.

Suatu zat yang kasat mata, padahal kontribusinya terasa nyata. Seperti di Bontang, tempat kilang LNG terbesar berada, Badak LNG. Beberapa pembangunan infrastruktur, bantuan CSR dan support untuk kegiatan-kegiatan positif, sampai program pemberdayaan masyarakatnya jelas ada. Baru-baru ini, BPS Kota Bontang bahkan merilis bahwa kontribusi migas masih menjadi komoditas andalan Kota Bontang.

"Ekspor migas masih menjadi andalan. Kontribusinya mencapai 75,24 persen," kata Kepala BPS Bontang Basiran Suwandi seperti yang dimuat di Bontang Post edisi Senin 30 Januari.

Ini semua tentang LNG.

Ada yang masih ingin diketahui?
Silakan tulis di kolom komentar :)

Wednesday, January 4, 2017

Cerita di Januari

Sejak tahun 2015, setiap awal Januari menjadi momentum bagi saya untuk 'merapikan' dan memperbaiki diri. Kenapa 2015? Karena di tahun itu, keberanian dan kenekatan membawa saya ke kehidupan yang benar-benar baru, lebih struggle, dan terkadang seru.

Tepatnya di Kota Bontang. Di sebuah perusahaan energi kelas dunia, Badak LNG.
Bisa menjadi bagian dari komunitas ini hampir nggak pernah terbayangkan sebelumnya. Mau 'masuk' dari mana? Background engineer aja bukan.

Tapi rupanya kalau Semesta sudah berkonspirasi, segalanya menjadi mungkin. Menjadi bisa. Ketemu orang-orang baru dengan beragam karakternya, ketemu tugas-tugas baru yang kadang datangnya secepat roller coaster, juga ketemu kebiasaan-kebiasaan baru yang rupanya memang perlu diterapkan.

Dua tahun memang bukan waktu yang lama. Terbukti dengan belum bolehnya bikin 'perayaan' ulang tahun dinas sama superior. Tapi, dua tahun juga bukan waktu yang sebentar. Untuk diberikan keluarga baru, komunitas baru, juga yang mungkin dicari dari dulu.

Jadi, terima kasih PTB. Untuk segala kesempatannya, di pekerjaan maupun kehidupan :)

In frame: Kepala Dinas Pariwisata Kaltim bersama rombongan wartawan berkunjung ke Knowledge House Badak LNG