Tuesday, May 2, 2017

Berdoa untuk Jodoh

"Gue pernah denger, katanya kalo berdoa tuh yang spesifik," kata seorang teman di sela mini reunian baru-baru ini.

Di usia sepantaran kami, masalah jodoh memang menjadi topik yang selalu ramai dibicarakan. Kalau statusnya masih single available, topik bahasan biasanya seputar 5W + H Cara Mendapatkan Jodoh. Kalau salah satu ada yang sudah menemukan, topiknya akan lebih spesifik mengenai Tips & Trik Mendapatkan Jodoh. Tentu disertai bumbu-bumbu lain sehingga ceritanya jadi panjang dan lama.

Pada suatu masa, saya pernah berada di situasi di mana chit-chat dengan teman dekat hampir selalu berujung pada topik 5W + H ini. 'Galau', kalau bahasa kekiniannya mah. Umur semakin berkurang, kerjaan nggak berkurang-kurang, malah undangan pernikahan yang terus bertambah. Beberapa di antaranya dari teman dekat pula. Pada masa itu, kadang saya bersyukur hidup merantau nun jauh di sana. Mengurangi frekuensi ditanya "Kapan atuh?"! Karena yang nanya seringnya sambil senyum, maka jawabnya perlu sambil senyum dan pede juga walau belum ada bayangan sosok siapapun saat itu, "Tunggu aja. Nanti juga ada :)"

Pada suatu masa yang lebih lampau lagi (sebut saja di masa masih 'bocah'), saya juga pernah mendengar quote yang sama seperti teman saya tadi. Yang ngomong motivator pula, jadi aja langsung dipraktikkan. 

"Berdoalah yang spesifik, minta dengan detil, insyaAllah bisa lebih cepat terkabul," sarannya. Saya, yang kata orang-orang di umur segini pun masih 'polos', ya nurut aja. Meminta sesuatu kepada Sang Pemberi Segalanya dengan spesifik, detil, bahkan sampai disebutkan alasan memintanya.
 
Hasilnya?

Terkabul. Setelah beberapa bulan. Dan efeknya juga sebentar, sesingkat setelah alasan meminta dulu diperlihatkan :)))

Beberapa masa kemudian, saya tersadar bahwa mungkin yang terlalu spesifik itu belum tentu yang terbaik buat saya bila dikabulkan. Termasuk untuk urusan jodoh, yang dalam kamus saya disebutnya 'resolusi ketiga'.

Maka, saya merevisi doa untuk resolusi ketiga ini.

Bukan lagi 'segera', melainkan ketika saya dirasa oleh-Nya sudah siap. Sudah siap lebih bertanggung jawab, lebih dewasa dalam berpikir dan bersikap, juga sudah 'kenyang bermain'. 

Bukan lagi 'yang sempurna', melainkan yang bisa saya terima apa adanya sebagaimana sosok itu menerima saya seutuhnya
.
Bukan lagi 'yang terbaik versi saya', melainkan yang terbaik bagi saya versi-Nya, yang bisa menuntun saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan semoga saya juga bisa mendampingi sosok itu untuk terus berkembang menjadi semakin baik.

Bukan hanya 'menjaga hati', tetapi juga menitipkan hati kepada-Nya supaya kelak bisa diberikan kepada sosok yang tepat, yang bisa menjaganya dengan baik, dan bisa saya jaga pula hati milik tersebut.

Dan jika kami pada akhirnya dipertemukan, disatukan dengan ridho-Nya, semoga semua yang kami perjuangkan dan kelak akan dijalani bisa menjadi ibadah dan bernilai berkah, bagi kami, keluarga, dan orang-orang di sekitar kami.

Yakinlah, doa yang dipanjatkan secara ikhlas dan rutin suatu saat akan dikabulkan. Doa random aja sering terkabul kok :__))) Apalagi doa yang sungguh-sungguh dan efeknya bukan hanya untuk sesaat, melainkan seumur hidup. Dan sambil menunggu doanya dikabulkan, teruslah memperbaiki diri, menebar kebaikan, memberi manfaat, dan tetap berpikir positif.

Sudah berdoa hari ini? :)

Source: Pinterest