Saturday, April 16, 2016

Cerita Putri Pena: Kesehatan, Lembah Biru, dan Panglima Strategi

Apa kabar? Kuharap kau benar-benar sehat di tengah cuaca yang tidak bersahabat belakangan ini. Ya, angin kencang dan hujan deras kini rutin mendatangi Negeri Kilau, membuatku tidak bisa meninggalkan tempat tidur selama lima hari lebih. Suaraku nyaris hilang, tetapi syukurlah Prajurit Api membawakan ramuan penyembuh tiap hari.
Jadi, sungguh, aku ingin mengetahui kabarmu dan kuharap kau baik-baik saja.
Ada banyak hal yang ingin kuceritakan padamu. Sayangnya tabib Sang Raja masih melarangku menulis terlalu banyak. Hari ini aku diijinkan bertemu kembali dengan penaku karena menurutnya keadaanku sudah membaik.
Bagaimana kalau kumulai dengan cerita Lembah Biru?

Mungkin kau masih mengingat ceritaku tentang mereka. Betapa mereka ingin menyerang negeri kami karena telah menghalangi sinar matahari sampai ke wilayah mereka. Sang Raja berhasil berdiskusi dengan para tetua sehingga penyerangan itu tidak terjadi. Sebagai gantinya, warga Lembah Biru akan mendapatkan hak untuk menikmati buah dari salah satu pohon di Perbatasan Utara. Sang Raja juga berjanji akan mencari cara agar sinar matahari tetap dapat dinikmati di Lembah Biru tanpa harus menebang satu pohon pun.
Sebagai prajurit muda, kabar ini membahagiakan. Aku merasa kemampuan perangku masih sangat minim sehingga sedikit ragu jika harus bergabung melawan para warga Lembah Biru. Kesepakatan tersebut memberiku kesempatan berlatih lagi agar kelak jika perang terjadi, aku sudah siap.
Berbicara mengenai perang, aku teringat pada Panglima Strategi. Pernahkah aku menceritakan tentangnya? Ia adalah salah satu panglima kepercayaan Sang Raja. Pengalaman dan keahliannya memang tidak diragukan lagi. Di samping itu, ia adalah panglima yang tidak segan membagi ilmu dan berbaur dengan para prajurit termasuk prajurit muda sepertiku. Selain menyusun strategi, ia juga sebenarnya selalu melindungi kami, para anak buahnya, agar tidak terlibat peperangan. Bukan bermaksud menghambat kemampuan, ia hanya tidak suka jika perang dilakukan tanpa tujuan yang jelas atau sekedar memertahankan sesuatu yang tidak terlalu penting. Baginya, nyawa lebih berharga dari apapun sehingga harus dipertahankan dengan baik.
Dan dua hari lalu, Panglima Strategi merayakan hari lahirnya. Kabar ini disambut suka cita seluruh penduduk Negeri Kilau karena mereka pun menyukainya. Konon, Panglima Strategi sering mendatangi rumah penduduk dan berbincang dengan mereka meski hanya sebentar. Kedekatan inilah yang membuat para penduduk menyayangi sekaligus menghormatinya.
Sayangnya, aku belum bertemu dengannya sampai saat ini. Penyakitku membuat Sang Raja melarangku keluar rumah apalagi mengunjungi istana. Larangan itu hanya dicabut bila aku sudah dinyatakan kembali sehat atau ada situasi mendesak.
Maka melalui tulisanku kali ini, ijinkanlah aku menyampaikan selamat berbahagia untuk Panglima Strategi. Lindungi ia, Semesta. Lindungi ia dari segala hal yang dapat menyulitkan dirinya. Lindungi ia dari segala hal yang dapat menghilangkan senyum dari wajahnya. Lindungi ia dari segala hal yang berakibat buruk baginya.
Aku juga mendapatkan kabar bahagia dari salah satu sahabat di Kerajaan Tulis. Sebaiknya kuceritakan di lain waktu karena sebentar lagi Prajurit Api akan berkunjung membawakanku ramuan. Kau masih akan mendengarkan ceritaku bukan? Dan oh, semoga penyakitku tidak menular melalui tulisan.

0 Comments:

Post a Comment