Kali ini, aku tidak akan memulai ceritaku dengan menanyakan kabar. Apakah ada yang akan menanyakan kabarku?
Banyak perubahan terasa begitu cepat belakangan ini. Sang Raja tiba-tiba mengumumkan akan segera meletakkan tahtanya dan mencari pengganti. Padahal, Kerajaan Tulis kembali disibukkan dengan pembelajaran bagi para pangeran dan putri untuk menjadi raja dan ratu muda. Sementara aku dan sebagian besar sahabatku masih memikirkan penyusunan kitab sesuai keinginan Sang Raja dan para tetua agar kami diijinkan menjalani kehidupan baru di luar kerajaan. Mengapa Sang Raja tidak menghapus aturan itu saja?
Sementara di negerinya, Sang Ksatria pun mengalami perubahan dalam hidupnya. Ia mendapat kenaikan pangkat menjadi Calon Menteri Pertahanan Negeri 1000 Dagang. Tentu kabar ini sangat menggembirakan baginya dan bagiku. Namun belakangan, ia mulai merasa kesulitan beradaptasi dengan tanggung jawab barunya ini. Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuk membantunya secara langsung, jadi saat ini aku hanya bisa menyelipkan namanya di antara doa-doaku pada Semesta agar ia selalu dimudahkan dalam segala urusannya.
Sejujurnya, aku belum sepenuhnya siap untuk perubahan ini. Perubahan di kerajaan dan pada sang Ksatria. Tapi, selama perubahan itu bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik, bukankah memang sebaiknya diterima? Meski kehilangan masa berkumpul dengan para sahabat, meski kekurangan waktu saling berkirim surat dengan sang Ksatria, meski… Cukup! Tak boleh terlalu banyak mengeluh.
Sepertinya, bagaimanapun memang aku yang harus menyesuaikan diri dengan perubahan itu. Menjadi seorang Putri dari Kerajaan Tulis yang sebaik-baiknya. Bisakah aku?
Pada diriku sendiri, aku berjanji akan menjadi yang terbaik. Dan bila tak ada yang sempat mendengar ceritaku akhir-akhir ini, mungkin aku akan tetap menulisnya di Diarium. Atau, tunggu saja kejutan dariku nanti. Kau menyukai kejutan?
0 Comments:
Post a Comment