“Kau tahu, suatu hari ia pernah mengingatkanku. Katanya, kunjungannya ke Hutan Hijau sebagian besar merupakan tugas dari sang Raja.”
“Lalu?”
“Ya.. mungkin sebaiknya aku tidak terlalu ‘mengganggunya’, kau tahu kan maksudku. Meskipun sesungguhnya aku ingin mendampingi perjalanannya.”
“Hmm.. yaa aku mengerti. Tapi kadang, ada satu hal yang kutakutkan. Berjanjilah kepadaku kau tak akan marah mendengarnya.”
“Ada apa?”
“Kau tahu,.. terkadang sikap seperti itu.. menjadikan semuanya tidak jelas. Seperti daun yang bergerak di atas aliran sungai. Kita semua menginginkan daun tersebut bisa berjalan sampai ke hilir. Nyatanya, bisa saja ia mengalami sesuatu dalam perjalanannya, tersangkut akar misalnya.”
“Ya..aku tahu.. Tapi sejak awal kami sudah menyepakatinya. Jadi kini, aku selalu berusaha menepati kesepakatan kami.”
“Meskipun terasa sakit?”
“Meskipun sakit dan mungkin ia tidak mengetahuinya.”
“Tapi aku percaya ia baik.”
“Ya, sangat baik bahkan…”
“Kurasa hanya ada dua pilihan untukmu: bersabar atau ia pergi.”
“Aku tahu…”
“Dan kau pun tahu bukan, kehilangan seseorang yang kita sayangi jauh terasa lebih sakit?”
“Benar.”
“Jadi, yang mana yang akan kau pilih?”
“Aku akan memilih tetap bersabar.”
“Aku tahu kau putri yang tangguh.”
0 Comments:
Post a Comment