Wednesday, March 16, 2016

Cerita Putri Pena: Hadiah Hari Lahir

Beberapa hari yang lalu adalah hari lahirku. Dengan atau tanpa perayaan, satu hari tersebut selalu berarti bagiku. Ada dua hal yang aku sukai pada hari itu, cuaca cerah seharian dan ucapan selamat serta doa dari berbagai kerabat dan sahabat.
Salah satu ucapan selamat yang membuatku tersenyum hari itu datang dari Putri Tutur. Sudah pernah kuceritakan sekilas tentangnya bukan? Sayangnya ia masih dalam masa pengasingan sehingga tidak bisa ikut merayakan hari lahirku di Kerajaan Tulis. 
Seperti kebanyakan surat yang datang ke paviliunku, Putri Tutur mengucapkan selamat dan menghadiahiku dengan doa-doa. Di akhir suratnya, sepertinya dengan rasa ingin tahu yang tinggi seperti biasa, ia menulis: apakah ia ikut merayakan hari lahirmu? apa hadiah darinya? Tanpa perlu kutanyakan, tentulah yang ia maksud adalah Ksatria Tak Berkuda.

Aku tersenyum. Bukan karena sang Ksatria tiba-tiba hadir di paviliunku memberi kejutan. Bukan juga karena ia mengirimiku hadiah.
Bagiku, kehadirannya sudah menjadi hadiah tersendiri. Hadiah yang sangat berharga dari Semesta. Mungkin ia tidak selalu berada di sampingku setiap hari, setiap saat. Tapi, ketika aku membutuhkannya, sang Ksatria nyaris selalu ada.
Ksatria Tak Berkuda hadir ketika aku nyaris putus asa dengan salah satu tugas dari sang Raja. Menuliskan dengan lengkap sejarah Kerajaan Tulis. Saat waktu pengumpulan semakin dekat, salah seorang putri yang ditugaskan mengerjakannya bersamaku justru pergi ke luar Kerajaan Tulis. Berlibur, katanya. Meninggalkanku dengan tugas berat itu seorang diri. Tangisku hampir pecah sampai akhirnya sang Ksatria menemuiku di Hutan Hijau. Singkat dan menenangkan. Membuat percaya diriku kembali untuk menyelesaikan tugas itu.
Ksatria Tak Berkuda ketika aku tergolek lemah akibat penyakit musim dingin lalu. Bahkan untuk meninggalkan tempat tidur pun rasanya sulit. Apalagi berjalan ke ruang makan. Dan saat itu ia datang. Mengetuk paviliunku, membawa sup hangat. Menemaniku makan.
Dan masih kuingat juga, Ksatria Tak Berkuda tiba-tiba hadir dengan pasukannya setelah aku mengunjungi Daerah Utara. Padahal dalam surat terakhirku saat itu, aku hanya meminta petunjuk jalan untuk kembali ke Kerajaan Tulis. 
Kalaupun raganya tak bisa menemani, surat-suratnya setia sampai ke paviliunku. Untuk sekedar bertukar kabar atau bercerita banyak hal. Bagiku, aku sudah mendapat hadiah setiap hari. 
Jadi Putri Tutur sahabatku, sepertinya terlalu panjang jika kutuliskan betapa banyak hadiah yang telah diberikan sang Ksatria kepadaku. Jika pengasinganmu telah usai, mampirlah minum teh di paviliunku. Nanti akan kuceritakan padamu, betapa bersyukurnya aku memiliki seorang ksatria, Ksatria Tak Berkuda.
Kau juga ingin kuceritakan? Mari, pintu paviliunku siap menyambutmu!

0 Comments:

Post a Comment