Wednesday, March 2, 2016

Cerita Putri Pena: Ketika Semesta Bekerja

demi semesta dan segenap isinya! aku bertemu lagi dengan ksatria tak berkuda!
hari ini aku menghadiri undangan jamuan makan dari para pangeran dan puteri yang pernah mengikuti konferensi pembangunan dunia beberapa bulan lalu. sahabatku, putri citra, juga diundang dan hadir karena ia sudah kembali dari negeri timur.
semua sepakat jamuan diadakan di hutan hijau. di mana lagi suasana yang tenang dan damai selain di hutan nan teduh itu? 
tempat yang tertera di undangan adalah di belakang air terjun satu-satunya di hutan hijau. sayangnya, tempat itu ternyata ramai dipenuhi oleh pedagang dari berbagai penjuru dunia yang sedang bertransaksi. tidak, jangan di situ.
tempat kedua adalah di sebuah gua kecil di dekat gua kaki. sayangnya, lagi-lagi tempat itu tidak bisa didekati untuk sementara waktu karena konon ada induk singa yang baru melahirkan di sekitar situ.
setelah memutar otaak dan berdiskusi singkat, akhirnya kami menemukan sebuah tempat yang terlihat cukup nyaman di tepi sungai bening. selain tidak terlalu ramai, sungai bening begitu jernih dan tenang sehingga membuat siapapun yang berada di tepinya sulit beranjak.
karena jamuan akan dimulai setelah matahari terbenam, beberapa pangeran dan putri memutuskan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu di sekita hutan hijau. aku sendiri lebih memilih menikmati pemandangan sejuk dari aliran sungai itu. mencoba membuat tulisan sambil sedikit berkhayal seandainya ada ksatria tak berkuda di sini karena sepertinya masa-masa seperti sekarang sedang banyak diadakan jamuan…
…sampai aku menoleh ke kiri, ke arah seekor rusa sedang asyik meminum air sungai. sesosok tegap dengan jubah merah dan pedang tersarung rapi di pinggang bagian kiri hadir. berhenti sebentar di tepi sungai, melihat sekilas ke arahku, kemudian berjalan menjauh. seperti sedang mencari sesuatu atau seseorang.
ksatria tak berkuda! itukah dia? mungkin keinginan yang terlalu kuat untuk bisa bertemu dengannya lagi membuat penglihatanku seperti melihat sosoknya. tapi, mengapa jantungku mendadak berdegup kencang? perasaan yang hanya muncul jika aku sedang di dekatnya…
jamuan dimulai. aku mencoba menepis kenyataan yang kualami tadi. berbaur dengan canda tawa para pangeran dan putri. tapi, mengapa hatiku berkata bahwa penglihatanku tidak salah?
semesta menjawabnya ketika aku hendak mengambil air suci sebagai buah tangan bagi sang raja. tempat air suci masih di sekitar sungai bening, hanya beberapa meter dari tempat jamuan. karena cukup banyak orang yang juga akan mengambil air suci, aku tidak mau berlama-lama. setelah mengambil air, aku menoleh ke belakang…
dan di situlah dirinya berada. sedang menunggu giliran untuk mengambil air suci juga rupanya. ksatria tak berkuda.
“hey, ksatria” ini benar dirimu, kan?
“hai. kau…di sini juga?”
“iya, ada jamuan makan…” oh semesta! mengapa mendadak susah berkata-kata?
“oh, aku juga”
“hmm..baiklah. aku kembali ke teman-temanku ya. sampai jumpa” bukan! bukan itu yang ingin kukatakan! bagaimana kabarmu, ksatria? sehatkah? bahagiakah? apakah perasaanmu juga sama denganku saat ini?
aku kembali ke jamuan makan. melihat putri citra sudah selesai dengan hidangannya, aku tak dapat menahan diri lagi untuk menceritakan kejadian tadi.
putri citra memang sahabat terbaik! dengan sabar ia mendengarkan ceritaku dan menanggapinya dengan antusias pula. bahkan ia penasaran ingin melihat sang ksatria. jadi, aku mengajaknya ke tempat air suci. sayang, ksatria tak berkuda sudah tidak ada di sana dan aku tidak tahu di mana jamuan yang ia hadiri itu. 
waktu terus berjalan sampai bulan mulai memancarkan cahayanya yang indah, pertanda sebaiknya kami meninggalkan tepi sungai dan hutan hijau. namun, rasanya sulit sekali untuk beranjak karena perbincangan dengan para pangeran dan putri masih ramai. di seberang sungai, kulihat sekelompok orang berjubah berjalan menjauhi sungai bening. sepertinya teman-teman sang ksatria. berarti ia pun sudah meninggalkan sungai bening, pikirku sedih.
putri citra ikut melayangkan pandangan ke seberang sungai. “yang mana ksatria tak berkuda? aku tidak bisa menemukannya”
“terlalu ramai, akupun sulit menemukannya,” jawabku sambil tetap berusaha mencari sosok yang selama ini aku rindukan itu. tapi aku pasti bisa menemukannya, lanjutku dalam hati.
“putri, aku pamit ya.” tiba-tiba sebuah suara yang kukenal muncul di belakangku. ksatria tak berkuda! apakah ia tahu aku mencarinya?
“oh, eh, baiklah ksatria, hati-hati di perjalanan”
setelah melemparkan senyum khasnya, ia pun menjauh dan kemudian menghilang dari pandanganku.
sesampainya di kerajaan tulis, aku tak henti mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada semesta atas izinnya mempertemukan kami lagi. setelah berulang kali meminta, berharap, akhirnya kesempatan itu datang lagi. ingin rasanya menghentikan waktu untuk sementara agar aku bisa mengobrol banyak dengannya. berbagi cerita, berbagi dukungan, berbagi suka duka…
terima kasih untuk selalu menjaganya, semesta. ia masih tetap seorang ksatria yang terlihat dingin, tetapi sebenarnya hangat. terima kasih untuk mempertemukan kami kembali setelah sekian lama, semesta. rasa ini ternyata masih ada padaku, dan kuharap masih ada padanya. 

0 Comments:

Post a Comment