Kali ini adalah kisah Putri Citra dan Pangeran Kemilau
Putri Citra, salah satu sahabat terbaik Putri Pena. Putri Citra hidup di Kerajaan Maroon. Berbeda dengan Putri Pena, Putri Citra memiliki kemampuan luar biasa dalam berbicara. Ia lebih suka mengungkapkan perasaan dan pemikirannya secara lisan. Setiap kata yang diucapkannya terasa menyejukkan bagi siapapun yang mendengarnya. Tak heran, rakyat Maroon menyayangi putri mereka yang selalu ramah kepada siapapun itu.
Putri Citra adalah putri yang haus pengetahuan. Setiap hari ia belajar dan menemukan hal baru yang ia yakin akan berguna nantinya. Namun, tidak seperti putri di Kerajaan Maroon pada umumnya, Putri Citra menaruh minat yang besar pada sains dan musik. Dua hal yang kurang lazim diminati kaum perempuan Kerajaan Maroon, apalagi untuk seorang putri.
Suatu hari, Putri Citra mendapat undangan pesta topeng dari Kerajaan Minyak. Walaupun bukan penggemar pesta, ia menghadiri undangan itu. Banyak pangeran dan putri dari kerajaan lain yang juga hadir di sana. Beberapa pangeran mengajaknya berdansa dan sang Putri dengan senang hati menerima ajakan itu. Yang tidak disadari para pangeran itu, sejak tadi sang Putri sebenarnya menaruh perhatian besar pada seseorang berjubah keemasan di pojok ruangan. Seseorang yang terus memainkan alunan musik indah dengan pianonya.
Sampai pesta usai, sang Putri tidak berhasil mengetahui siapakah pemain nada-nada merdu tadi. Sahabat-sahabatnya dari Kerajaan Maroon pun tidak bisa memberinya jawaban. Putri Citra tidak ingin menunggu terlalu lama untuk mengetahui jawabannya. Ia memohon izin ayahandanya mengadakan sayembara mencari pemain piano terbaik untuk perayaan ulang tahunnya nanti.
Sayembara digelar. Tidak hanya dari Kerajaan Maroon, sayembara itu juga diikuti pangeran dan ksatria kerajaan lain seperti Kerajaan Tulis, Kerajaan Minyak, dan Kerajaan Kelam. Sebenarnya tujuan Putri Citra hanya satu, menemukan seseorang yang telah memikat hati sang Putri dengan permainan pianonya pada Pesta Topeng di Kerajaan Minyak lalu. Sayangnya, sang Putri tidak diizinkan langsung melihat permainan piano para peserta sayembara. Ia hanya bisa mendengarkan dari kamar karena sang Raja yang akan memutuskan pemenangnya.
Sampai akhirnya, Putri Citra mendengar gubahan kesukaannya dimainkan oleh seseorang di luar sana. Permainan yang begitu lembut, seolah-olah jiwa sang pemain larut di dalamnya. Permainan yang begitu menggugah hatinya. Putri Citra tidak tahan lagi menunggu permainan itu usai. Ia segera berlari keluar kamar menemui ayahnya.
Dialah Pangeran Kemilau, sang pemenang sayembara. Pangeran sederhana dari Kerajaan Minyak yang diam-diam berhasil mencuri hati sang Putri. Perayaan ulang tahun Putri Citra memang hanya dilaksanakan selama tujuh hari, tetapi Pangeran Kemilau setia berkunjung ke Kerajaan Maroon setelahnya. Banyak waktu yang ia habiskan di sana bersama Putri Citra dan ia menikmatinya. Kadang ia mengajari sang Putri bermain piano. Tak jarang pula ia sengaja berkunjung hanya untuk memainkan gubahan kesukaan Putri Citra sebagai pengantar tidur sang Putri.
Dibalik kesederhanaan Pangeran Kemilau, Putri Citra seolah bisa melihat aura cerah yang terpancar dari diri sang Pangeran setiap mereka bertemu. Pangeran Kemilau sangat hemat dalam berkata-kata. Namun saat ia bicara, kata-katanya selalu mampu membuat Putri Citra merasa damai.
Pangeran Kemilau sendiri diam-diam mengagumi Putri Citra. Ia selalu senang bila melihat sang Putri menyapa rakyatnya dengan ramah atau ketika sang Putri memperlihatkan senyum manisnya kepada Pangeran Kemilau setelah ia memainkan piano.
Sayangnya, Pangeran Kemilau tidak memiliki cukup keberanian untuk meneruskan hubungannya dengan Putri Citra. Pangeran Kemilau mengatakannya pada Putri Citra setelah mereka mempelajari karya-karya komponis besar Wolfang Amadeus Mozart pada suatu hari. Hari yang seharusnya menjadi hari indah bagi sang Putri karena ia baru saja menyadari kenyataan bahwa ia sangat mengagumi Pangeran Kemilau dan tidak ingin berpisah darinya. Putri Citra kehabisan kata-kata mendengar penuturan singkat Ksatria Kemilau. Tidak, ia tidak boleh marah. Tidak boleh sedih. Tidak boleh kecewa. Putri Citra terus mengucapkan kata-kata itu dalam hati sampai Pangeran Kemilau berjalan menuju gerbang perbatasan Kerajaan Kemilau. Sampai Pangeran Kemilau menghilang dari pandangannya dan benar-benar meninggalkannya. Setidaknya, Putri Citra berhasil menahan air mata yang sejak tadi mendesak keluar dari sudut matanya. Dan setidaknya, Pangeran Kemilau telah mengajarkan banyak hal dan pernah menghiasi hari-harinya dengan musik. Dalam keheningan di kamarnya, Putri Citra berterima kasih kepada sang Penguasa Alam Semesta karena telah memberinya kesempatan mengenal seorang pangeran yang selalu berhasil menyejukkan hatinya, sesejuk tatapan sang Pangeran itu sendiri, Pangeran Kemilau.
08.04.2010
Wednesday, February 17, 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comments:
Post a Comment