Thursday, February 18, 2016

Cerita Putri Pena: Tamu untuk Kerajaan #1

Seumur hidupku menjadi Putri di Kerajaan Tulis, rasanya baru kali ini aku melihat penduduknya sibuk menyiapkan kedatangan dua rombongan yang agung ke kerajaan kami.
Jadi, semua kesibukan ini berawal setelah kepulanganku dari Konferensi Lembah Hijau sebulan yang lalu (Konferensi Lembah Hijau akan kuceritakan di lain kesempatan). Satu bulan meninggalkan Kerajaan Tulis ternyata membuatku harus beradaptasi lagi dengan kerajaan tempatku dibesarkan ini. Apalagi setelah Sang Raja mengangkat Raja Muda yang akan membantunya memimpin kerajaan.
Raja Muda nan bijak ini adalah Pangeran Analisa, salah satu teman dekat Pangeran Filsafat. Kemampuannya menganalisa situasi dengan cepat dan baik membuatnya sering dilibatkan untuk memimpin peperangan kecil oleh Sang Raja. Tentu kemampuannya dalam memimpin tidak perlu diragukan lagi.
Sehari setelah mengangkat Raja Muda, Sang Raja mendapat dua undangan sekaligus, dari Kerajaan Nalar dan kerajaan Surya. Kedua kerajaan besar tersebut bermaksud datang ke Kerajaan Tulis sebagai bentuk penghormatan mereka kepada Raja Muda yang baru. Namun, keduanya juga membawa misi tersendiri yang ingin dijalin dengan Kerajaan Tulis.
Bukannya aku tidak senang mendengar kabar kedatangan dua kerajaan besar ke kerajaanku. Apalagi, konon Kerajaan Nalar akan mengirimkan Maha Guru mereka dalam kunjungan resmi tersebut. Maha Guru dari Kerajaan Nalar sudah terkenal akan karya-karyanya yang indah dan mampu membuat siapapun yang membacanya akan terbuai. Tak heran, banyak penduduk Kerajaan Tulis yang ingin bertemu dengannya secara langsung.
Di sisi lain, Kerajaan Surya pun bukan sesuatu yang bisa diremehkan. Kerajaan yang terkenal selalu mendapat sinar mentari yang melimpah ini memiliki penduduk yang gemar bekerja keras membuat tulisan maupun gambar. Konon, dalam sehari satu orang mampu menghasilkan sepuluh karya sekaligus yang tentunya tinggi kualitasnya.
Sayangnya, yang aku herankan, Sang Raja setuju menerima kedatangan dua kerajaan besar ini di hari yang sama. Sang Raja pun menunjukku untuk mengurus segala persiapan yang berkaitan dengan kedatangan salah satu kerajaan yaitu Kerajaan Nalar.
Tahukah Kau bahwa menyambut tamu adalah hal yang tidak mudah, wahai Sang Raja? Aku yakin Engkau tahu. Lalu, mengapa Engkau tetap bersikeras menerima kedatangan keduanya di hari, bahkan waktu yang sama?
Kedatangan rombongan Kerajaan Nalar tinggal dua hari lagi dan Sang Raja masih (terlihat) menaruh perhatian yang lebih besar untuk menyambut kedatangan ‘kerajaan yang satunya’. Maafkan aku yang membuat penilaian seperti ini, wahai Raja. Tapi, begitulah yang terlihat dan terasa olehku.
Aku selalu ingat pesan Ibunda yang selalu ditanamkannya padaku sejak kecil, “jangan mudah menyerah”. Calon Ratu, calon pemimpin masa depan, tidak boleh menyerah pada situasi yang dihadapinya, serumit apapun.
Maka, sepertinya mengeluh pun sudah tidak ada gunanya lagi kini. Dengan orang-orang terbaik yang kupercaya untuk membantuku menyiapkan penyambutan bagi rombongan Kerajaan Nalar, aku harus yakin bahwa AKU BISA melakukannya dengan baik. Aku bisa memberikan penyambutan yang terbaik bagi Kerajaan Nalar.
Wahai Sang Raja yang Budiman dan Raja Muda yang bijaksana, semoga di lain kesempatan akan ada kebijakan yang lebih matang dalam menyambut tamu bagi kerajaan kita.

0 Comments:

Post a Comment