Sunday, February 28, 2016

Cerita Putri Pena: Cerita Putri Tutur

Halo! Adakah di antara kalian yang mendengar kabar terbaru tentang Ksatria Tak Berkuda? Kalau tidak, mari kuceritakan. Kabarnya aku dengar dari salah seorang sahabatku sebenarnya, yang baru saja berkunjung ke Negeri 1000 Dagang, tempat tinggal sang Ksatria.
Sebut saja, sahabatku ini bernama Putri Tutur. Ia termasuk sahabatku yang sangat gemar bercerita. Ia akan menceritakan apa saja yang menarik baginya, yang baru ditemuinya, termasuk juga kabar-kabar yang belum pasti kebenarannya. Sebenarnya aku tidak terlalu dekat dengannya. Namun, terkadang ia membawa cerita yang menarik untuk disimak. Seperti siang itu, ketika aku sedang menikmati sejuknya hembusan angin di taman istana sambil mencoba membuat sebuah tulisan tentang alam.
“Aku punya kabar tentang Ksatria Tak Berkuda!” sapa Putri Tutur siang itu. Mendengar nama itu, aku langsung berpaling dan siap mendengarkan kata-kata selanjutnya.
“Ceritakan padaku. Semuanya.” Lama tak mendengar kabar Ksatria Tak Berkuda bukan berarti aku tidak peduli lagi padanya.
Putri Tutur mulai berkisah. Ia tidak bertemu langsung dengan Ksatria Tak Berkuda saat berkunjung ke Negeri 1000 Dagang (ia bahkan tidak tahu bagaimana rupa sang Ksatria), tetapi ia bertemu sahabat lamanya yang mengenal sang Ksatria. 
Jadi, menurut sahabat lama Putri Tutur ini, Ksatria Tak Berkuda sebenarnya sudah lama menaruh hati pada seorang putri di negaranya. Bahkan, jauh sebelum ia mengenalku. Ia bahkan sudah hampir menyatakan perasaannya pada putri itu, tetapi sang Putri tidak memiliki perasaan yang sama dengannya.
Menurut sang Putri, Ksatria Tak Berkuda masih belum bisa bersikap tegas dalam menentukan pilihan hidupnya. Walaupun menyandang gelar sebagai salah satu ksatria terbaik Negeri 1000 Dagang, Ksatria Tak Berkuda masih belum bisa menjadi seorang pemimpin sejati sehingga putri itu hanya ingin menjalin persahabatan biasa dengannya.
Begitu? Jadi ia sudah lama mencintai sahabatnya itu?
Lalu, mengapa dulu ia sepertinya begitu peduli kepadaku? Mengirim surat nyaris setiap hari untukku? Selalu ‘menemani'ku saat aku membutuhkannya? Mengapa… Ah, sudahlah. Bisa-bisa matahari keburu tenggelam jika aku terus mengingat-ingatnya?
Satu pertanyaan lagi: Mengapa ia harus hadir di hidupku?
Sambil mendengar cerita Putri Tutur yang terus mengalir, aku berusaha menahan segala emosi buruk yang ada. Emosi terhadap Ksatria Tak Berkuda, tentu saja. Ingin rasanya menumpahkan amarah kepada semesta yang mempertemukanku dengannya, yang membuatku 'jatuh’ padanya, yang membuat hariku berwarna saat bersamanya.
Tapi, semesta tidak bersalah. Ia pasti tidak merancang pertemuan kami dalam satu malam. Tentu banyak hal yang sudah Ia pertimbangkan sebelum akhirnya mempertemukan aku dan Ksatria Tak Berkuda, bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali. Tentu banyak kebaikan yang sebenarnya kudapatkan dari rencanaNya ini, walau setelah mendengar cerita Putri Tutur, aku jadi bertanya-tanya sendiri.
Putri Tutur masih terus menceritakan petualangannya yang lain di Negeri 1000 Dagang sementara aku tenggelam dalam pikiranku sendiri. Pada akhirnya, aku memutuskan untuk harus tetap menjadi seorang putri yang tangguh. Dengan atau tanpa Ksatria Tak Berkuda. Masih banyak mimpi yang harus kuraih. Masih banyak orang yang peduli kepadaku dan bisa kupedulikan. Masih banyak hal penting yang seharusnya memenuhi pikiranku sebagai seorang calon ratu masa depan.
Aku masih akan terus berbagi cerita denganmu. Namun, untuk jangka waktu yang lama, sepertinya aku akan (harus) berhenti bercerita tentang Ksatria Tak Berkuda. Kecuali jika semesta ternyata masih 'meminta’ kami bertemu

0 Comments:

Post a Comment