Wednesday, February 17, 2016

Cerita Putri Pena: Malam Berdongeng

Aku tidak suka tidur larut malam, apalagi kalau untuk mengerjakan tugas. Kau tahu kan, sejak diangkat menjadi ratu muda, rasanya hari-hari berjalan semakin singkat. Belum puas menikmati terang matahari, sinar rembulan sudah menyapa, pertanda aku harus segera menyelesaikan tulisan dan tugas-tugas lain sebagai ratu muda.
Aku teringat masa-masa persiapan menjadi ratu muda. Saat itu, aku dan para putri serta pangeran yang ada di Kerajaan Tulis diwajibkan membuat sepuluh karya setiap harinya. Beruntung bagi mereka yang memiliki kemampuan luar biasa dalam merangkai kata, tugas seperti itu tidak terlalu berat bagi mereka.
Bagiku, masa-masa itu adalah masa perjuangan yang berat. Kami, calon raja dan ratu muda seolah diuji ketangguhannya dalam menghadapi cobaan. Ya, tugas-tugas seperti itu adalah cobaan bagiku. Untuk melihat, seberapa tangguh kami mampu mengerjakannya dan dengan meminimalisir keluhan. Menurutku, mengeluh hanya akan membuat beban terasa semakin berat. Sebisa mungkin aku tidak banyak mengeluh saat mengerjakan semua tugas.
Pada masa seperti itu, yang paling dibutuhkan sesungguhnya adalah semangat. Semangat dari diri sendiri maupun dari putri dan pangeran lain. Ya, kami harus saling menyemangati agar semakin kuat.
Namun bagiku, ada satu hal lagi yang kubutuhkan saat itu: dukungan dari Ksatria tak Berkuda. Satu kata ‘semangat’ yang ditulis ksatria Negeri 1000 Dagang itu mampu memberikan energi dan pencerahan yang luar biasa bagiku untuk terus menulis.
Aku juga teringat saat kami, aku dan para calon raja dan ratu muda maksudku, mendapat tugas membuat 20 dongeng dalam satu malam. 20 dongeng! Seolah kami tidak memiliki kegiatan lain di Kerajaan Tulis. Entah apa yang ada di pikiran para penguji kami sehingga mereka sanggup memberi tugas seperti itu.
Tapi toh, kami berhasil melaluinya juga. 20 dongeng setiap orang, ditulis selama satu malam. Berbagai cara dilakukan agar mata, tangan, dan pikiran tetap berkoordinasi dengan baik menghasilkan dongeng demi dongeng. Sebagian besar sahabatku membuat ramuan penahan kantuk. Aku, memilih menyelingi tugas tersebut dengan membaca surat dari Ksatria tak Berkuda dan menulis surat balasannya.
Ketika surat-surat dari Ksatria tak Berkuda tidak ada yang dialamatkan padaku, tugas-tugas menulis tetap datang menghampiriku. Seperti pada salah satu malam, para raja dan ratu muda diminta membuat 17 dongeng anak dalam waktu satu malam. Sekali lagi, kami saling menyemangati untuk menyelesaikan tugas ini. Sekali lagi, berbagai cara kami lakukan untuk mengusir lelah di mata yang berulang kali meminta diistirahatkan.
Tidak ada Ksatria tak Berkuda, tapi aku masih punya para sahabat yang (semoga) selalu menemaniku dalam suka dan duka.

0 Comments:

Post a Comment