Monday, February 29, 2016
Sunday, February 28, 2016
Cerita Putri Pena: Cerita Putri Tutur
Saturday, February 27, 2016
Cerita Putri Pena: Ksatria Gunung
Friday, February 26, 2016
Cerita Putri Pena: Diarium #2
Wisata Nostalgia ke Tahura
Thursday, February 25, 2016
Cerita Putri Pena: Surat Sepi
Wednesday, February 24, 2016
Cerita Putri Pena: Diarium
Snack Review: Chitato Rasa Indomie Goreng
Saya suka Chitato, terutama yang rasa sapi panggang. Saya juga suka Indomie Goreng, terutama yang rasa original. Pernah membayangkan menyantap keduanya bersamaan?
Ketika produk baru ini diluncurkan, saya juga termasuk orang yang penasaran ingin mencobanya. Kalau kedua hal yang kita sukai bersatu, harapannya bakal menghasilkan sesuatu yang lebih oke dong ya.
Untungnya, nggak lama setelah snack ini beredar, saya lagi mengambil jatah cuti perdana dan bisa pulang ke kota, di mana minimarket bertebaran dan snack ini muda ditemukan. Kalau di plant site, susah! Minimarket yang menjadi distributor utama snack ini pun baru ada di daerah perbatasan kota :)).
Berbeda dengan varian lainnya Chitato Indomie Goreng ini memiliki bungkus yang khusus. Nggak tau deh jenis plastiknya, tapi kurang lebih sama seperti Chitato Asian Taste itu. Lupa harga dan ukurannya, terlalu excited untuk membeli dan segera mencobanya :)).
Ternyata...
Aroma yang pertama kali keluar setelah bungkusnya dibuka menurut saya agak aneh. Bukan khas Indomie Goreng, bukan pula wangi sapi panggang atau ayam-ayaman.
Dan gigitan pertama....
Biasa aja. Serius. *muka datar* Setelah dihayati, aroma dan rasa Indomie Gorengnya mulai keluar. Iseng melihat komposisi (karena penasaran dengan kandungan MSGnya yang berarti juga dobel?), ternyata beberapa kandungan dalam keripik kentang ini ada udang, ikan, telur, dan... kacang tanah. Kok jadi langsung kebayang pecel? :))
Walaupun pada akhirnya habis juga, saya sepertinya lebih senang menikmati Chitato dan Indomie Goreng secara terpisah. Memang, nggak selamanya kolaborasi itu cocok ya ternyata :').
Tuesday, February 23, 2016
Cerita Putri Pena: Deja Vu
Monday, February 22, 2016
"Pay for Plastic" atau "Pay for Environment"?
Bagi para pejuang lingkungan di Indonesia, boleh jadi tanggal 21 Februari 2016 lalu menjadi salah satu hari bersejarah dalam perjalanan perjuangan mereka: Pemerintah RI akhirnya mengeluarkan kebijakan #Pay4Plastic. Sederhananya, kebijakan ini berarti konsumen -- di beberapa wilayah yang menjadi uji coba kebijakan ini -- harus membayar per lembar plastik yang dia gunakan khususnya kalau berbelanja di ritel-ritel besar.
Kota tempat saya menghabiskan cuti sekarang (juga tempat tumbuh kembang mengumpulkan pengalaman) yaitu Bandung menjadi salah satu wilayah uji coba ini. Sebagai warga percobaan, saya sudah mengalaminya tadi sore ketika membeli buku di Gramedia TSM. Di kasirnya tercantum 'pengumuman' mengenai kampanye ini dan sebelum membayar sang kasir pun bertanya dengan ramah, "Saat ini penggunaan plastik sudah berbayar 200 rupiah, mau tetap pakai?" Berhubung tadi hanya membawa tas tangan dan buku yang dibeli lebih dari satu, saya mengiyakan.
Saya jadi teringat pengalaman beberapa tahun lalu ketika kebijakan #Pay4Plastic ini belum disahkan. Dulu, saya cukup sering mampir ke Gramed-depan-BIP (yang tinggal di Bandung tau lah ya hehehe) sekedar beli satu komik kalau Conan terbaru terbit. Suatu ketika, saya hanya membeli satu komik dan menolak menggunakan plastik. Selain kebetulan tas saya cukup besar, toh yang dibeli juga cuma satu komik kecil. Alih-alih Mba Kasirnya senang karena stok plastiknya nggak berkurang, dia malah menjawab, "Diplastikin aja ya Mba, soalnya suka diperiksa satpam kalau nggak pakai plastik." Lah? 😒 Saya sempat berargumen dengan Mbanya, berusaha untuk menolak, dan bilang bahwa saya akan menyimpan bukti pembeliannya kalau ditanya satpam. Si Mba juga tetap keukeuh memberikan plastik dan daripada tambah ribet, akhirnya komik saya dimasukkan ke plastik. 😒😒😒
Oke, balik lagi ke kampanye yang lagi booming ini ya. Awalnya, yang saya tau adalah gerakan #DietKantongPlastik yang digagas oleh Greeneration Indonesia a.k.a GI. Itupun tau setelah saya keterima 'magang liburan' di sana selama beberapa bulan hehehehe. Sebagai pencetus gerakan peduli lingkungan ini, GI menawarkan solusi yaitu menggunakan kantong plastik berkali-kali pakai alias reusable bag. Yang bahannya kuat dan nggak mudah rusak. Mereka bahkan juga punya produk reusable (and fold-able!) bag yang praktis dan membuat penggunanya tetap stylish.
Sejujurnya, saya pribadi lebih setuju dengan gerakan #DietKantongPlastik dibandingkan #Pay4Plastic. Dengan 'diet', konsumen diajak menghemat atau menggunakan plastik dengan bijak. Sementara kalau ada embel-embel 'pay'nya kok malah terkesan... konsumtif? Apalagi tadi setelah mendengarkan talkshow di salah satu radio swasta Bandung dengan dosen lingkungan yang ditanya "Apa harapannya dengan adanya kebijakan ini?"
Entah bercanda dulu atau tidak, dosennya menjawab, "Ya harapannya, nanti di bukti pembayaran itu tercetak berapa rupiah yang kita keluarkan untuk menggunakan plastik." 😞 Walaupun setelah itu sang dosen memberi penjelasan tambahan tentang harapan ke depan yang tentunya berdampak pada upaya pelestarian lingkungan, tetap saja pernyataan tadi kemudian membuat saya greget ingin mencari tahu beberapa jawaban lagi:
Kenapa 'hanya' Rp 200,00? Tapi di Balikpapan mah Rp 1.500,00 sih :))
Lalu, untuk apa nantinya keping-keping yang terkumpul dari membeli-kantong-plastik itu? Apakah diserahkan ke pemerintah untuk mengelola lingkungan dengan benar..atau menjadi penghasilan tambahan bagi pemilik usaha?
Sejauh apa komitmen para pelaku usaha yang sudah ikut menerapkan kebijakan ini? Sekedar 'penggugur kewajiban' atau memang tulus ingin ikut berupaya melestarikan lingkungan?
Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang random terlintas nantinya.
Setelah merantau ke Bontang, saya jadi tertarik dengan kebijakan terkait penggunaan kantong plastik yang diterapkan Badak LNG di minimarket dalam kompleknya.
Badak LNG, perusahaan penghasil gas alam cair terbesar di Indonesia ini, menerapkan kebijakan untuk tidak menyediakan kantong plastik di minimarket Tojasera yang berlokasi di dalam kompleknya. Solusinya, mereka menyediakan tas belanja reusable seharga Rp 2.000,00 untuk ukuran kecil dan Rp 4.000,00 untuk ukuran besar. Bagi konsumen yang berbelanja banyak (misalnya belanja bulanan), mereka menawarkan kardus bekas gratis untuk wadah belanjanya. Jadi, yang 'dijual' adalah reusable bag-nya yang bisa dipakai berkali-kali dan awet, bukan kantong plastiknya yang awet dipakai juga tapi berbahaya dalam mencemari lingkungan.
Ketika pertama kali berbelanja di Tojasera, saya dan teman-teman kaget dengan kebijakan ini. Banyak barang yang dibeli, sementara tas yang dibawa minim. Maklum, selama ini kepedean pasti bakal disediakan kantong plastik sama penjualnya hehehe. Lama kelamaan, kesadaran untuk membawa tas belanja sendiri mulai terbentuk. Minimal memang kalau ingin ke Tojasera aja sih..
Dari kebijakan itu, setidaknya ada tiga manfaat yang bisa diperoleh kalau diterapkan secara konsisten, baik oleh konsumen maupun penjual.
Pertama, mengubah gaya hidup konsumen menjadi suka menyiapkan reusable bag kalau sewaktu-waktu perlu membeli atau membawa sesuatu.
Kedua, perubahan gaya hidup menjadi ramah lingkungan akan berdampak positif pada alam sekitar. Lebih bersih, sehat, mengurangi sampah untuk generasi mendatang, mencegah musibah akibat sampah, dan masih banyak lagi.
Ketiga (dan bonus), menjadi sarana promosi tidak langsung buat penjual. Reusable bag-nya kan bisa didesain sederhana, hanya menampilkan logo tokosaja misalnya. Pemasukan tambahan dari 'penjualan' reusable bag ini juga menambah keuntungan tersendiri. Atau lebih okenya lagi, bisa digunakan untuk kampanye lingkungan di bidang lain (misalnya penyelamatan satw langka! :( )
Lalu, gimana kalau reusable bag-nya jadi nggak laku karena konsumen sudah memilih membawa kantong belanjanya sendiri? Selamat, kampanyenya berhasil! 😊
Di balik beragam pro kontra yang beredar mengenai kebijakan #Pay4Plastic ini, saya tetap mendukung kok. Sebagai uji coba, kampanye ini cukup bagus membuka wawasan dan meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai bahayanya kantong plastik. Apalagi kalau niat kampanyenya memang untuk melestarikan lingkungan. Anggap saja dengan sekali membayar kantong plastik -- atau sekali berdiet kantong plastik --saat berbelanja maupun membawa barang, kita juga sekaligus 'membayar' kehidupan yang lebih baik untuk masa depan dan generasi mendatang.
Cerita Putri Pena: Apa Kabar?
Sunday, February 21, 2016
Cerita Putri Pena: Taman Satwa
Food Review: Bubur Paramantina (a.k.a Burfay) Jatinangor
Saya pertama kali mengenal bubur ini ketika masih kuliah, mungkin tahun 2010-an. Lokasinya mudah dijangkau, kalau dari arah kampus Unpad itu persis di samping kantor kecamatan Jatinangor. Masa-masa itu, tempat ngebubur ini juga berfungsi ganda sebagai tempat kongkow sebelum ada kelas.
Sekilas, bubur ini terlihat biasa saja. Tapi ketika sudah dihidangkan (apalagi semangkuk penuh dan pakai ati ampela), saya jadi bisa merasakan istimewanya.
Berbeda dengan bubur Bandung / khas Sunda pada umumnya yang memakai kuah kari, bubur ini nggak diberi tambahan kuah lagi karena memang sudah encer. Terlalu encer malah, kalau menurut sebagian orang. Menurut saya, justru inilah 'seni'nya makan bubur, nggak perlu terlalu banyak mengunyah! :))
Satu porsi bubur diberi topping ayam suwir, potongan cakue, bawang goreng, dan seledri. Kadang bisa menambah atau ampela atau telur rebus, tapi perlu datang pagi sekali supaya kebagian.
Supaya lebih nikmat, dan inilah yang membedakannya dengan bubur lain yang pernah saya coba, para pecinta burfay biasa menambahkan cabai bubuk. Sedikit aja udah bisa membuat huh hah kepedesan. Cocok buat pecinta kuliner pedas dan hati-hati buat yang nggak terlalu suka pedas :)) Cabai bubuk itu sendiri, dengan takaran yang tepat/sesuai selera, justru menambah cita rasa dari sang bubur. Kalau sudah kepedesan, bisa ditambah kecap (tapi saya nggak suka bubur pakai kecap hehe) atau emping (nah ini baru enak).
Saat ini, satu porsi bubur biasa (tanpa ati ampela / telor) dihargai Rp 10.000,00 dan empingnya Rp 1.000,00 per bungkus. Walaupun kayaknya sekarang mereka masih buka sampai jam 9-an (dulu jaman masih kuliah, jam setengah 9 aja suka kehabisan), akan lebih enak menikmati bubur ini di pagi hari ketika suasana masih sepi.
Selamat mencoba!
RY
Saturday, February 20, 2016
Cerita Putri Pena: Surat
Friday, February 19, 2016
Some Random Quotes from August 2010
-Shadza Mulya
"By being hurt, we learn not to hurt other people because we already know how much pain it caused"
-Anonymous
"Tau tapi nggak kenal"
-Quote dari teman lama
"Merdeka adalah ikhlas melepas masa lalu dan berani menghadapi masa depan, apapun yang akan terjadi :)"
"If your wish does not come true then something better was meant for you. Just believe in that"
-Anonymous
"From the day we born, till the day we die, we never stop LEARNING"
-Learning, salah satu puisi jaman basis SMA
"Semangat: mudah diucapkan, sulit dilaksanakan"
"Ayo tuangkan semua unek-unek lewat kata-kata, wahai spesialis generalis!"
-Carla Siregar, Jurnal 08
"I am my own boss, I can do what i want and when i want to do it"
-Muqliza Ironi, Designer & Director Sou Brette
"Fotografer harus tenang supaya bisa berpikir jernih dan selalu punya back up plan. Modal utama fotografer itu bukan kamera, tapi niat dan referensi."
-Bona Soetirto, Fashion Photographer
"It makes you feel so proud when you look back and see how much it took you to actually get here"
-Rihanna
"Real sucess is finding your lifework in the work that you love"
-Wira Sonata, Game Tester
"Everytime you do a project, you learn something new"
-Justin Timberlake
Syaharani on Jazzcraft Vaganza, Kota Baru Parahyangan, 2010
Selamat Pagi, Pemirsa!
kalau nggak salah untuk mata kuliah Feature TV ya? :))
Some Random Quotes from July 2010
-Soleh Solihun
"If something is not happening for you, it doesn’t mean it’s never going to happen. It means you’re not ready for it"
-Anonymous
"Everything in life is temporary, because everything changes."
-Anonymous
"Good or bad, hit the reset button and start over tomorrow. And don’t forget: “Pray for the best results!”"
-Anonymous
"If you love somebody, let them go. If they return, they were always yours. If they don’t, they never were."
-Anonymous (dikasih teman, diamini oleh saya)
"Allah pasti mendengar doa hambaNya. Maka itu, berdoalah"
"Sebaik-baik pemimpin adalah yang kamu cintai & mereka mencintaimu.Kamu mendoakan mereka & mereka mendoakanmu."
-H.R Muslim
"Anyone can stand by you when you’re right, but a true friend will stick by you, even when you are wrong"
-Anonymous