Friday, March 4, 2016

Cerita Putri Pena: Satu Mimpi yang Sempurna

kau tahu bagaimana rasanya jika salah satu mimpi indah terwujud? bahagia, terharu,… rasanya tak dapat diungkapkan dengan kata-kata!
itulah yang kurasakan setelah bertemu kembali dengan ksatria tak berkuda beberapa hari yang lalu di hutan hijau. kami bersama-sama menghadiri pesta rakyat barat, sebuah festival yang digagas dan diselenggarakan oleh para negara dan kerajaan yang berada di belahan bumi bagian barat. kerajaan tulis adalah salah satunya, sedangkan negeri 1000 dagang tidak termasuk karena mereka berada di utara. namun, ksatria tak berkuda sedang diutus rajanya untuk suatu tugas tertentu di hutan hijau selama beberapa waktu sehingga ia mengetahui acara tersebut. dan mengajakku menghadirinya.
festival rakyat barat diselenggarakan selama satu hari penuh di hutan hijau. banyak pertunjukan seni dan hiburan yang ditampilkan. selain panggung pertunjukan, ada juga pameran kekayaan alam atau ciri khas sebuah negara barat yang tidak dimiliki negara atau kerajaan lainnya. selama satu hari itu, hutan hijau yang biasanya tenang dan damai disulap menjadi hutan yang menawarkan banyak keceriaan. 
puncak festival rakyat barat diadakan di pusat hutan hijau. pada suatu titik yang diyakini para tetua sebagai titik tengah hutan hijau, terdapat pepohonan raksasa yang konon sudah berusia ratusan tahun. pada area itu, seluruh seniman terbaik dari setiap negara atau kerajaan belahan bumi bagian barat bekerja sama membuat sebuah mahakarya. itulah yang sangat dinantikan oleh sang ksatria. aku juga penasaran, mahakarya apakah yang akan mereka buat?
ketika hampir tiba waktu puncak, ksatria tak berkuda mengajakku mencari tempat terbaik untuk menyaksikan pembuatan mahakarya yang dinanti-nanti itu. sekilas aku melayangkan pandangan ke sekeliling kami, sudah banyak pengunjung festival yang datang, dari berbagai golongan, negara, dan usia. seakan tidak ada yang mempedulikan perbedaan itu karena semua antusias menunggu puncak festival rakyat barat. 
sambil menunggu kehadiran para seniman, ksatria tak berkuda mengajakku mengobrol. tentang banyak hal, seperti biasa. sesekali kami juga melontarkan candaan hingga tertawa terbahak-bahak. oh semesta, sungguh keakraban ini lebih indah dari mimpi apapun!
saat akhirnya para seniman muncul, tawa kami berganti ungkapan kekaguman pada apa yang kami lihat: dedaunan yang lebat disulap menjadi ‘kanvas’ oleh para seniman itu. entah alat dan media apa saja yang mereka gunakan, pepohonan tua itu seketika menjelma menjadi sebuah 'lukisan raksasa’ yang menggambarkan hutan hijau, lengkap dengan sungai, air terjun, gua, dan elemen-elemn lainnya. kami dan semua yang menyaksikan hal itu nyaris tak henti memuji kehebatan para seniman berbakat tersebut. lukisan raksasa tentang hutan hijau! dan mereka menggunakan pepohonan tua itu sebagai 'kanvas'nya, bagaimana bisa?
selesai dengan mahakaryanya, para seniman kembali bersembunyi di tempat mereka semula. beberapa orang mulai meninggalkan pusat hutan sambil membicarakan lukisan yang tampak hidup itu. aku, sejujurnya masih belum mau beranjak. masih ingin mengamati mahakarya itu dari dekat… sekaligus menikmati waktu bersama sang ksatria. sayang, aku masih belum memiliki cukup keberanian untuk mengatakan alasan kedua itu padanya.
kami mulai berjalan menjauhi pusat hutan. perlahan, tanpa bergandengan tangan, tapi selalu memastikan kami selalu berada di samping satu sama lain, tidak terpisah. rasanya begitu enggan meninggalkan pepohonan tua itu…
sampai suara-suara kera tiba-tiba terdengar dari arah pusat hutan. belum sempat menemukan sosok mereka, langit tiba-tiba berubah menjadi penuh cahaya.
kunang-kunang! ratusan, ah mungkin ribuan ekor jumlahnya! secara berkelompok mereka muncul dari dedaunan, menghiasi langit hutan hijau. membentuk berbagai formasi yang indah. 
aku menatap langit. ksatria tak berkuda pun melakukan hal yang sama. diam-diam aku tersenyum. semesta, tahukah engkau bahwa aku sangat bahagia malam ini? salah satu mimpiku terwujud pada malam ini: melihat ratusan kunang-kunang menari indah di angkasa pada malam hari bersama seseorang yang kusayang. dari sudut matanya, aku menangkap ksatria tak berkuda pun sama antusias dan bahagianya sepertiku. namun, aku tak tahu karena hal apa. pemandangan indah di langit itu? 
sungguh semesta, satu atau dua kata rasanya tak cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasihku padamu atas hadiah yang begitu indah ini. terima kasih, terima kasih, terima kasih! untuk menghadirkan ksatria tak berkuda, untuk momen indah malam itu… untuk segalanya. 

0 Comments:

Post a Comment