Sunday, April 28, 2024
Wednesday, April 26, 2023
Tips: Serunya Jelajah Museum
Apa
yang terlintas di benakmu kalau mendengar kata ‘museum’? Gelap? Kuno?
Sepi? Bagi saya, museum justru bisa menjadi semacam mesin waktu yang
akan membawa kita ke masa lampau. Berkunjung ke Museum Geologi,
misalnya. Sebagai manusia modern, kita bisa sedikit mengintip kehidupan
pada jaman purba di sana. Atau mengunjungi Museum Pos Indonesia yang ada
di jalan Cilaki, dekat Gedung Sate. Melalui diorama yang dipajang, kita
bisa melihat bagaimana orang jaman dahulu berkomunikasi dengan keluarga
atau kerabat yang letaknya jauh dengan menggunakan surat.
Sebagai
salah satu kota di Indonesia yang memiliki beberapa museum seru, tidak
ada salahnya jika sesekali kita mengunjungi aneka museum yang ada di
Bandung. Untuk memeringati Hari Museum Internasional yang jatuh pada 18
Mei ini, Bandung Review akan memberikan tips seru untuk menjelajah
museum. Sudah siap?
1. Sesuaikan Minat
Ada
baiknya, kunjungi museum yang sesuai dengan minat kita. Misalnya jika
tertarik pada hal-hal mengenai seni dan sastra, coba kunjungi Museum Sri
Baduga yang ada di kawasan Tegallega. Selain menambah wawasan di bidang
yang kita sukai, tips ini juga akan mengusir kesan ‘membosankan’ dari
sebuah kunjungan ke museum. Kalau kita berada di lingkungan yang
mendukung minat kita, antusiasme untuk belajar juga akan meningkat
bukan?
2. Pelajari Sekilas Isi Museum
Ini
berguna agar kita mendapat gambaran sekilas mengenai hal-hal yang kita
temui. Beberapa museum biasanya juga memiliki program khusus di
waktu-waktu tertentu seperti Museum Konperensi Asia-Afrika yang
baru-baru ini menyelenggarakan peringatan HUT KAA. Bila tidak menemukan
informasinya di internet, coba cari tahu dari orang yang sudah pernah ke
museum yang ingin kita kunjungi.
3. Kenakan Pakaian yang Nyaman
Karena
sebuah museum umumnya memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk
dijelajahi, gunakan pakaian yang akan membuat nyaman. Sepatu misalnya,
pilih jenis yang tidak membuat kaki cepat pegal. Agar lebih seru,
pakaian yang dikenakan bisa disesuaikan dengan tema museum yang akan
dikunjungi seperti memakai baju ala sosialita tempo dulu untuk
berkunjung ke Museum KAA atau mengenakan baju safari untuk main ke
Museum Geologi.
4. Bawa Barang Seperlunya
Sebelum
menjelajah setiap bagiannya, museum biasanya memiliki peraturan bagi
pengunjung untuk menitipkan tasnya. Kalaupun tidak, bawalah barang yang
diperlukan misalnya kamera. Meminimalisir barang bawaan akan
meningkatkan kenyamanan kita saat mengelilingi isi museum.
Beberapa
museum mungkin tidak mengijinkan pengunjung memotret koleksi yang ada
di dalam atau dilarang memotret dengan lampu kilat. Bila menemui aturan
seperti ini, jangan dilanggar karena penggunaan lampu kilat
dikhawatirkan dapat mengurangi keindahan koleksi yang ditampilkan.
5. Ikuti Guide
Selain
informasi yang tertera pada brosur, kunjungan ke museum akan lebih
asyik bila kita dipandu seseorang yang memahami seluk beluk koleksi di
dalamnya. Sambil melihat-lihat, wawasan kita pun bertambah. Tidak ada
guide khusus untuk menjelajah di dalam museum? Cobalah mengikuti
rombongan yang juga sedang mengadakan kunjungan ke museum. Rombongan
seperti itu biasanya memiliki pemandu yang juga bisa menceritakan
hal-hal unik dibalik aneka koleksi yang akan kita lihat di dalam museum.
6. Bergabung di Komunitas
Ingin
menjelajah museum tetapi tidak ada teman? Bergabunglah dengan
komunitas! Meski tidak terbatas pada mengunjungi museum-museum yang ada
di Bandung, saat ini ada beberapa komunitas yang kegiatan utamanya
adalah berwisata ke museum. Menjelajah museum bersama banyak orang
umumnya memang lebih mengasyikkan dibandingkan dengan menjelajah seorang
diri.
Mengunjungi museum adalah salah satu alternatif untuk
menghilangkan penat sekaligus belajar hal baru. Dengan biaya yang
terjangkau, kita bisa pulang membawa sejumlah wawasan baru. Jadi, sudah
menentukan museum mana yang akan dikunjungi pekan ini? (RY)
Published on: Bandung Review
Tips: Membuat Perpustakaan Pribadi
Masih
suka menonton kartun Doraemon? Robot kucing yang datang dari masa depan
ini selalu memiliki peralatan ajaib yang membuat kita ngiler
ingin memilikinya. Salah satu peralatan favorit dari robot penyuka
dorayaki ini adalah Pintu ke Mana Saja. Dengan pintu berwarna pink ini,
penggunanya bisa langsung pergi ke tempat yang dituju begitu memutar
kenopnya.
Mungkin benda seperti Pintu ke Mana Saja akan sulit
diwujudkan keberadaannya di dunia nyata. Namun sebenarnya, kita juga
bisa loh ‘pergi ke mana saja’ tanpa perlu kendaraan dan terjebak
kemacetan! Caranya, dengan membaca buku. Seperti kata pepatah, ‘buku
adalah jendela dunia’. Maka, salah satu cara terbaik mengenal aneka
tempat dan negara lain adalah dengan cara mulai membaca.
Dalam
rangka memperingati Hari Buku Internasional yang dirayakan setiap 23
April, Bandung Review akan memberikan tips membuat perpustakaan pribadi
di rumah. Coba siapkan koleksi bukunya untuk dibuatkan ‘rumah’ baru yang
nyaman!
1. Rancang Konsepnya
Pada
dasarnya, perpustakaan pribadi tidak selalu membutuhkan ruangan khusus.
Sebuah sudut di ruang keluarga atau kamar juga bisa disulap menjadi
tempat menyimpan koleksi buku sekaligus membaca yang nyaman. Idealnya,
ruangan yang dipilih bersifat tenang dan cukup jauh dari suara ramai
sehingga bisa berkonsentrasi saat sedang membaca. Agar semakin
meningkatkan minat baca, perpustakaan pribadi juga bisa dihias dengan
tema tertentu, misalnya diisi pernak-pernik dari jenis buku favorit atau
dicat dengan warna-warna lembut.
2. Penerangan yang Cukup
Karena
indera utama yang akan ‘bekerja’ di perpustakaan pribadi adalah mata,
pastikan perpustakaan pribadi nantinya memiliki penerangan yang cukup.
Cahaya tidak perlu terlalu terang, tetapi bisa membuat mata tidak cepat
lelah saat membaca. Ada baiknya lampu yang digunakan adalah lampu neon,
bukan lampu pijar untuk menghindari pantulan cahaya pada kertas yang
dapat memicu kelelahan mata. Kalau perlu, sediakan lampu portable yang
posisinya bisa disesuaikan dengan tempat untuk membaca.
3. Sirkulasi Udara yang Baik
Selain
penerangan, aspek yang satu ini juga perlu diperhatikan. Sirkulasi
udara yang baik membuat kita nyaman dan betah berlama-lama di
perpustakaan pribadi. Buat suhu ruangan yang tidak terlalu lembab, bisa
dengan menempatkan AC atau beberapa tanaman hias yang tidak terlalu
besar di salah satu sudut perpustakaan pribadi. Dengan demikian, koleksi
buku pun akan lebih awet karena terhindar dari timbulnya jamur.
4. Klasifikasikan Buku
Pengklasifikasian
buku bisa dibuat secara alfabetis berdasarkan judul atau pengarangnya.
Sistem ini akan memudahkan kita mencarinya di lain waktu. Untuk lebih
melindunginya, koleksi buku bisa ditempatkan dalam sebuah lemari dengan
kaca bening. Bila lemari dirasa terlalu besar, sebuah rak dengan
beberapa kotak bisa menjadi pilihan. Dalam satu kotak itu misalnya bisa
diisi satu seri komik atau buku-buku karya satu pengarang tertentu.
Supaya lebih awet, buku-buku sebaiknya diberi sampul plastik terlebih
dahulu sebelum ditata pada rak atau lemari.
5. Membuat Kliping Majalah & Koran
Ini
adalah alternatif untuk melengkapi koleksi perpustakaan pribadi. Kalau
selama ini berlangganan atau rutin membeli majalah dan koran, tidak ada
salahnya dikumpulkan lagi. Siapa tahu suatu saat ada informasi yang
perlu dicari dari majalah atau koran itu.
Buku adalah gudang
ilmu. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula pengetahuan yang
diperoleh. Jangan ragu menjadi kutu buku, banyak membaca itu seru! (RY)
Published on: Bandung Review
Monday, May 30, 2022
Zea Activity Zone, Playground Seru di Bontang
Setelah cuti panjang ke Jawa bulan lalu, anak-anak saya menjadi semacam ketagihan bermain di playground. Saat itu, saya dan suami memang mengajak mereka bermain di playground sesekali. Selain untuk melatih keberanian mencoba aneka permainan yang ada, kami berharap mereka bisa mengembangkan imajinasi dan belajar bersosialisasi. Minimal main 'bareng' dengan anak sebaya yang nggak dikenal.
Di Bontang sendiri, sebenarnya sudah ada playground yang sepertinya cukup nyaman. Namun, kami belum berani membawa anak-anak karena keburu terkendala pandemi. Walaupun sempat zona kuning, rasanya masih ada potensi virus aja di tempat indoor seperti itu.
Playground ini berada di lantai dua dari toko mainan Zea Edu Toys. Meski lokasinya di dalam ruko, mainan yang disajikan cukup beragam dan nggak kalah seru dibandingkan playground yang ada di dalam mal hehe.
Kami ke sana hari Sabtu, menyesuaikan dengan jadwal liburnya sang Ayah. Kebetulan, saat itu dari pagi cuacanya mendung dan sempat hujan cukup deras di Bontang. Ketika hujan sudah mulai reda, kami berangkat. Jadilah di sana sepi dan belum ada anak lain yang main.
Nilai plus dari playground ini adalah sistem pembayarannya yang hanya menghitung jumlah anak. Biasanya kan pendamping juga dihitung dan dibatasi ya.. kemarin mah enggak. Nggak tau apa karena lagi sepi ya.. hehe.
Pricelist as per Mei 2022 |
Zona Activities yang nyaman dan aman |
Berjalan di atas terowongan tali dan jembatan ayun |
Perosotannya ada dua, meminimalisir rebutan |
Pendampingnya bisa ikutan lompat-lompat sih ini :)) |
Jadi pengen bikin juga di rumah :)) |
Tuesday, March 29, 2022
2021 in Review
RT Darling! Challenge |
Biasa ngecek EYDnya tulisan udah bener atau belum, sekarang ngecek tanaman yang ditanam udah tumbuh segimana :') |
Monday, June 21, 2021
How MBA Changed My Weekend: Tugasnya Nonton "Crimson Tide"
Thursday, June 10, 2021
How MBA Changed My Weekend: Best Achiever, Checked!!
Beberapa hari lalu, di grup WA angkatan saya ramai karena bagian administrasi SBM ITB mengumumkan para peraih 'Best Achievers' untuk mata kuliah yang diambil di semester empat ini. Ada enam mata kuliah yang diambil oleh kelas Bontang dan dari keenam mata kuliah itu masing-masing ada satu atau lebih peraih 'Best Achievers'nya.
Dari keenam mata kuliah itu, saya hanya mengambil satu. Buat saya, kebebasan memilih mata kuliah ini sendiri sudah menjadi 'achievement' karena saya nggak harus mengikuti kuliah yang penuh dengan angka dan sobat ambis. Ya, di semester ini memang mata kuliahnya bisa dipilih sesuai minat dan bakat sehingga saya sih nyadar diri aja hahaha. Yang cukup ikut bikin senang, dua dari beberapa peraih best achievers itu berada dalam satu sindikat (kelompok diskusi) yang sama dengan saya di mata kuliah yang umum. Lumayan :') #lumayanapaaa.
Di semester empat ini, saya memilih mata kuliah yang sekiranya bisa saya ikuti dengan benar. Untungnya di kelas lain, tepatnya kelas Batam, ada dibuka kelas non hitung-hitungan seperti Business Leadership (BusLed) dan Leading and Managing Organizational Change (LMOC). Di kelas Batam ini, pesertanya terdiri dari berbagai latar belakang profesi dan perusahaan. Seru juga jadinya kalau diskusi, mendengar banyak insight dari perusahaan yang jauh berbeda kulturnya dengan oil & gas. Dan jadi pengen pindah ke Batam juga deh buat opsi.
Lalu tiba-tiba, pagi ini dengan mata yang masih mengantuk, saya melihat jam di HP. Sekilas, ada notif WA dari bagian administrasi SBM ITB dan yang kebaca sama saya cuma "Selamat ya, Bu".
Mata saya langsung melek sepenuhnya. Kantuk hilang. Begitu buka WA, ternyata ada gambar ini:
WHOAA!!! Nggak salah kan ini?? ððð Excitednya sementara di dalam hati aja dulu takut anak kebangun.
Seperti mata kuliah lain pada umumnya, di mata kuliah business leadership ini target saya standar banget: yang penting lulus. Syukur kalo bisa dapat 'A' karena mata kuliah ini dipilih dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan jadi harusnya saya bisa lebih bertanggung jawab. Pun ketika kuliah, masih sempat meng-quote beberapa kalimat atau insight menarik (yang bisa dibaca di highlite IG saya: MBA Lyfe).
Business Leadership ini adalah mata kuliah pertama di semester empat. Artinya, selain beradaptasi dengan materi dan dosen, saya juga harus beradaptasi dengan 'teman-teman sekelas' yang lebih beragam dibandingkan LMOC. Kalau dipetakan, porsi mahasiswa di kelas ini cukup seimbang: 1/3 dari kelas Batam (yang backgroundnya udah beragam mulai dari korporat sampai pemerintahan), 1/3 dari kelas KPC (yang backgroundnya sesuai nama kelasnya, pertambangan), dan 1/3 dari kelas Bontang (walaupun jumlah peminatnya cukup untuk bikin satu sindikat aja :)) ).
Sesungguhnya saya juga baru tau ada 'reward' semacam Best Achievers ini. Kayaknya di tiga semester sebelumnya nggak pernah ada. Apa mungkin program ini baru ada atau karena di semester ini achieversnya memang menonjol banget dibanding yang lain? Apa di semester sebelumnya pencapaian rang-orang banyak yang standar (standar A :') ) jadi belum ada program ini?
Entahlah :)) Yang jelas kalau buat saya, terharu banget bisa diberi apresiasi semacam ini. Jadi semacam self reward buat diri sendiri selain selalu bersyukur setiap melihat transkrip nilai karena nggak ada nilai 'C'. Semoga semua ilmu dalam Business Leadership (dan matkul lain pastinya :)) ) bisa saya terapkan di pekerjaan ataupun kehidupan sehari-hari. Minimal kalau ada asesmen atau apalah, sertifikat ini nanti bisa dilampirkan di CV ya.
Terima kasih ITB! Terima kasih sobat BusLed dan sobat cumlaude ku!