Sunday, July 24, 2016

Siap Atau Belum Siap, Itukah Pertanyaannya?

Beberapa waktu lalu, saya dan beberapa teman seangkatan kerja diundang ke pernikahan salah satu putrinya mitra kerja. Lokasinya cukup berbeda dari resepsi pernikahan pada umumnya, di GOR salah satu perusahaan. Boleh juga idenya, pikir saya, cukup bisa menghemat anggaran untuk kursi karena para tamu bisa duduk di kursi tribun yang memang sudah tersedia hehehe.

Sambil memilih hidangan apa lagi yang akan disantap setelah Kambing Guling, saya memandang ke arah pelaminan. Dengan posisi duduk di tribun, pemandangan di area resepsi itu cukup luas terlihat. Kedua mempelai beserta keluarga seolah nggak lelah memberikan senyum kepada para tamu yang datang dan memberikan doa restu. Sementara itu anggota keluarga mereka yang lain juga turut larut dalam keceriaan, bahkan ada yang menyumbang beberapa lagu untuk sang mempelai.

Pikiran kemudian beralih ke keluarga besar. Dengan randomnya, satu pertanyaan terlintas, "Seru ya mengadakan acara nikahan seperti ini! Kok kayaknya di keluarga besar (dari pihak Bapak maupun Ibu) udah jarang banget ada acara kayak gini. Kapan terakhir kali merasakan euforia menjadi 'keluarga mempelai' ya?"

Kerandoman ini mungkin disebabkan oleh Kambing Guling!

Karena nggak lama kemudian saya tersadar...

..kalau sesuai 'urutan' usia, cucu perempuan yang masih available dari kedua keluarga besar ya saya! Yang artinya sangat potensial ada acara nikahan itu kalau.... :____))))

Secara ya, biasanya kan keluarga mempelai perempuan yang lebih bersemangat dan punya kontribusi lebih besar (atau memang wajib?) mengurus ini itunya dalam sebuah acara pernikahan.

Well, karena jarang ketemu keluarga besar, sejauh ini saya masih minim digerecokin pertanyaan 'Kapan' itu. Nggak tau ya kalau ternyata mereka nanyanya ke orang tua :(.

Menikah, bagi saya, adalah resolusi ketiga terbesar dalam hidup yang ingin sekali dicapai dengan baik. Dua resolusi sebelumnya Alhamdulillah sudah diperoleh, dengan proses yang lumayan membuat jatuh bangun tapi pada akhirnya indah. Kadang saya berpikir, mungkin karena 'hal ini' saya jadikan sebagai resolusi ketiga, tantangan yang dihadapinya akan sedikit lebih tinggi plus waktu ujiannya.. diperpanjang? .__.

Suatu hari, saya pernah chit-chat dengan salah satu teman dan tercetuslah pernyataan bahwa, "Saya ingin meraihnya (resolusi ketiga), tapi kok sampai sekarang belum kepikiran dengan segala printilan untuk merayakan 'hal itu' ya?"

Kadang ada kan, seseorang yang sudah benar-benar ingiiiiin sekali meraihnya sampai sudah merancang konsep perayaannya mau seperti apa, baju yang akan dikenakannya model gimana, dan blablabla lainnya. Sejauh ini 'persiapan' saya kalau untuk perayaannya baru sebatas follow beberapa akun tempat berkumpulnya vendor wedding party (semacam Bride Story etc), kepoin beberapa desainnya Vera Kebaya, dan.. 'menilai calon yang potensial'.

Saya lebih tertarik mempersiapkan kehidupan nyata setelah sebuah pesta untuk 'hal itu'. Untuk menjadi pendamping, makmum, 'manajer' keluarga... apapun predikatnya kelak. Beberapa persiapan sebenarnya sudah dicicil, yang terlihat jelas mungkin sejak SMA dan tinggal di asrama. Belajar membiasakan diri hidup bersih dan rapi, belajar disiplin, dan ilmu lainnya yang nggak dipelajari secara teoritis.

Mungkin kerandoman ini jugalah yang membuat saya menemukan artikel ini di tengah memikirkan jawaban baru kalau ditanya 'Kapan?': 14 Pertanda Bahwa Kamu Sebenarnya Sudah Siap Menikah.

Ehm, coba sedikit dibahas versi saya ya..

1. Kamu tahu betul prioritasmu dan pandai mengaturnya.
Untuk beberapa hal, ya.

2. Time management-mu walau belum sempurna tapi setidaknya sudah berjalan lebih baik setiap harinya
Kalau menurut orang yang sering berinteraksi dengan saya sih, saya 'masih belum pintar' di bidang ini :__))

3. Selalu belajar untuk tidak egois dan mengerti kebahagiaan calon istri atau suamimu juga sepenting kebahagiaanmu.
Kalau orang lain apalagi orang terdekat bahagia, InsyaAllah saya juga ikut bahagia.. :)


4. Selain bisa memimpin dirimu sendiri, kamu juga bisa memimpin orang terdekatmu.
Mmm ini perlu minta pendapat orang-orang dekat sih sebenarnya, tapi kalau di keseharian terutama untuk hal-hal yang sederhana, seringnya pendapat saya cukup diterima dan diterapkan sih (misal: memutuskan tempat makan siang/malam! :p)


5. Kamu sudah bisa mengatur keuanganmu sendiri hingga stabil.
Alhamdulillah..kalau dibilang stabil ya sudah..dan masih terus belajar mengaturnya :)

6. Kamu bisa berpikir lebih dewasa dan terbuka terhadap banyak hal.
Bisa kok (semoga)

7. Emosimu juga sudah bisa dibilang stabil.
Udah. Bahkan untuk menghadapi beberapa orang/masalah bisa cenderung tiis saking stabilnya :)))

8. Kamu bisa menoleransi perbedaan.
Iya, nggak perlulah debat panjang lebar kalau menghadapi perbedaan atau mempertahankan argumen, apalagi kalau yang dihadapinya keras kepala~ IMHO, sih.

9. Kamu sadar betul hidupmu nggak akan sebebas pas kamu single.
Sadaaaarrrr :__))))


10. Kamu bisa menyesuaikan sikap dan perilakumu di berbagai keadaan.
Bisa, walau kadang mungkin keceplosan agak 'bocah' :p

11. Kamu nggak akan mengambil keputusan berdasarkan perasaan.
Untuk beberapa hal, keputusan yang akan diambil juga perlu mempertimbangkan aspek perasaan sih.. tapi ya tetap seimbanglah sama logika.. penilaiannya yang menyeluruh dulu

12. Kamu tahu tujuan hidupmu.
Tujuan hidup sudah dirancang dari jaman kuliah. Sebenarnya ada tiga resolusi besar sebagai tujuan hidup. Berhubung resolusi ketiganya masih dalam proses, saat ini sambil memperjuangkan yang lain dulu. Mau nemenin? :') #eh


13. Kamu sadar bahwa ketika menikah nanti, belum tentu impianmu bisa terwujud.
Iya, makanya beberapa mimpi berusaha dicapai sambil memperjuangkan resolusi ketiga ini.

14. Kamu siap berkorban untuk keluargamu, baik suami atau istri dan anakmu (kelak).
InsyaAllah siap

Jadi simpulannya?

Kalau kadang saya menjawab 'Kapan' dengan bercanda, bukan berarti saya sama sekali nggak ada usaha. Nggak semua usaha perlu dipamerkan, nggak semua hal tentang 'Kapan' perlu seperti dilombakan atau sesuai urutan.

Kalau berdasarkan empat belas pertanyaan ini, memang masih ada beberapa poin yang sepertinya saya 'belum siap'. Tapi 'hal itu' sesungguhnya lebih luas dari sekedar '14 Siap' ini kan. Mungkin kita nggak pernah tahu kapan benar-benar siap, tapi Sang Pencipta pasti sudah punya jawabannya untuk kita.

Terus berusaha, dan berdoa. Ini aja kan kunci utamanya? :')





0 Comments:

Post a Comment