Setelah beberapa kali sekedar singgah di bandaranya, September ini akhirnya saya berkesempatan mengunjungi Kota Pahlawan, Surabaya. Sebagai kota terluas kedua di Indonesia, dan jarang sekali ada kesempatan main ke Jawa Timur, saya antusias untuk menjelajahinya. Walaupun waktunya cukup terbatas mulai sore hari karena paginya ada workshop dulu :p
Pilihan pertama tempat wisata adalah Monumen Kapal Selam alias Monkasel. Selain jaraknya relatif dekat dari hotel kalau menurut Waze, tempat ini masih buka sampai malam. Sepertinya menarik juga karena pengunjung bisa masuk ke bagian dalam kapal selamnya.
Saya dan rekan kerja ke sana menggunakan taksi dari hotel. Ternyata jaraknya memang sangat dekat, argo taksi pun rasanya nggak bergerak banyak :)))). Kami membeli tiket senilai Rp 10.000,00 yang sudah bisa digunakan untuk masuk ke museum sekaligus menonton videorama yang diputar setiap satu jam (08.00, 09.00, dst).
Dikutip dari
situs resminya, Monkasel Surabaya ini ternyata merupakan monumen kapal selam yang terbesar di Asia Tenggara. Modelnya adalah KRI Pasopati 410 tipe SS Whiskey Class buatan Rusia tahun 1952. Konon, kapal selam ini sudah mengabdi untuk Angkatan Laut RI sejak tahun 1962 dengan tugas utama menghancurkan garis musuh (
anti-shipping), mengawasi, dan melakukan penggerebekan diam-diam. Yaa.. sesuai aja sih, posisi dia kan di dalam laut ya bukan permukaan..hehe.
KRI Pasopati 410 ini juga punya peran besar dalam mempertahankan hukum kelautan, misalnya pada Operasi Trikora. Pada operasi itu, kapal ini berada di belakang garis musuh, memberi penindasan secara psikologis.
Meski dari luar terlihat gagah, awalnya saya mengira bagian dalam kapal ini seperti museum pada umumnya. Akan banyak gambar tokoh maupun peristiwa yang terkait kapal sepanjang 76 meter ini. Ternyata tidak! Bagian dalamnya memang berisi ruangan-ruangan dan komponen lain pada sebuah kapal selam.
|
Indonesia! |
|
Profil KRI Pasopati 410 |
|
Bagian depan kapal |
|
Ruang Torpedo Haluan, dipersenjatai dengan empat torpedo propeller dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan torpedo |
|
Karena.. kita nggak bisa nggak berkomunikasi, kan? :') |
|
Masih dari Ruang Komunikasi. Gimana rasanya ngobrol dari dalam lautan ya? :') |
|
Pintu perpindahan tiap ruangan. Pegel juga lewatnya~ :)) |
|
Mungkin ruang mesin. Atau ruang kerja. |
|
Periskopnya. Nggak keliatan apa-apa waktu diintip. |
|
Masih mungkin ruang mesin. |
|
Supaya nggak hilang arah.. |
|
Untuk menghitung jarak torpedo ke sasaran. |
|
Meja makannya. |
|
Ruang tidur ABK. Have a nice sleep.. |
|
Mungkin ruang listrik |
|
Motor Ekonomi, digunakan saat kapal berlayar dengan kecepatan ekonomis |
|
Pompa hidrolik, berfungsi mengubah energi mekanik menjadi energi hidrolik |
|
Ruang Torpedo Buritan
|
Secara keseluruhan, kapal selam ini memiliki tujuh ruangan (yang sepertinya nggak semua terdokumentasikan saya), yaitu:
- Ruang untuk haluan torpedo, dipersenjatai dengan 4 torpedo propeller, juga bertindak sebagai penyimpanan untuk torpedo
- Ruang Komandan, Ruang Makan, dan Ruang Kerja. Di bawah dek adalah ruang untuk baterai I
- Jembatan utama dan Pusat Komando. Penyimpanan makanan di bawah dek
- Ruangan Awak Kapal, Dapur, dan penyimpanan untuk Baterai II di bawah dek
- Ruangan Mesin Diesel dan Terminal Mesin
- Kamar Mesin Listrik
- Ruangan Torpedo untuk bagian buritan, berisi 2 buah torpedo.
Pada awalnya juga, saya mengira dari dalam kapal selam ini kita bisa melihat bagian luar kapal. Ada kaca-kaca gitu, yang memungkinkan orang di dalamnya melihat kehidupan bawah laut. Ternyata tidak, seluruh badan kapal tertutup rapat sehingga tidak bisa terlihat dari luar. Iya juga sih, kan fungsinya memang sebagai salah satu alat pertahanan, bukan untuk wisata #baruinget #kebanyakannontonfilm.
Dan meskipun bagian dalamnya kecil, di beberapa bagian malah kepala harus agak menunduk karena atapnya rendah, kapal selam ini sudah diberi AC sehingga udaranya nggak terlalu pengap. Kalau dia masuk di air, apakah ada AC juga ya? Nggak kebayang deh..
Selain menelusuri bagian dalam kapal, di Monkasel pengunjung juga bisa menyaksikan film dokumenter tentang perjalanan kapal selam ini dan sekilas profil TNI AL. Filmnya sekitar 15 menit dengan kualitas produksi tahun 2008. Yaa... lumayan cukup memberikan gambaran laah.
Secara keseluruhan, dengan wilayahnya yang nggak terlalu luas, Monkasel ini cukup bisa mengingatkan kembali pada salah satu lagu anak-anak, "Nenek moyangku seorang pelaut~". Ya, wilayah laut Indonesia yang masih sangat luas ini menyimpan kekayaan yang perlu kita jaga bersama. Baik dari segi kedaulatannya, maupun lingkungannya. Dimulai dari hal paling simpel aja seperti nggak membuang sampah ke laut maupun sungai, nggak mengeksploitasi kekayaan alamnya dengan cara-cara ilegal, termasuk juga menjaga kelestarian terumbu karang. Kalau laut Indonesia bersih, dijaganya kan juga enak yaa :)
Selamat berwisata!
duh jadi mupeng deh, secara aku suka lihat museum
ReplyDeleteKalau ke Surabaya, mampir ajaa..seruu :D
Deletewah pengen banget berwisata kesini mbak, sepertinya tempatnya keren, edukatif sekali... sejarah...
ReplyDeletehttp://www.hijabmoderncantik.com/
Halo kak salam kenal!:D
ReplyDeleteAsik ya bisa wisata ke kapal selam , pintu perpindahannya kecil banget agak pegel bayanginnya hihihi
kalau ada waktu boleh main?
https://isthiud.blogspot.co.id/
Hai Isthi, terima kasih udah mampir. Siaap, ditunggu yaa :)
DeleteWaaah keren, ada ya museum kayak gini.. Bikin pengen ke sana :D
ReplyDeleteIya, aku juga baru tau hahaha. Ayo ke Monkasel :D
Delete