Sebagai perempuan yang memutuskan memiliki anak dan tetap bekerja di luar rumah, 'pengasuh anak' adalah salah satu hal yang membuat overthinking bahkan sebelum sang baby terlahir ke dunia. Saya dan suami sadar, kami nggak bisa secara fisik hadir 24/7 mendampingi anak kelak, sehingga perlu orang yang bisa dipercaya untuk menjaganya.
Saat hamil anak pertama, di kota tempat tinggal kami belum ada yayasan penyalur baby sitter atau semacamnya. Di sini pun jarang sekali ada jasa ART yang bersedia menginap. Sementara, saya dan suami memilih ART yang bisa menginap supaya lebih tenang dan meminimalisir drama.
Kami beruntung, di dua tahun pertama sejak kelahiran Kakak, ada pengasuh yang bisa 'diimpor' dari kampung halaman. Kita sebut saja 'ART Pertama'. Ibu dan mertua juga bergantian tinggal di rumah untuk menemani sekaligus mengawasi kinerja ART ini. Tapi, mereka nggak full tinggal dengan kami selama dua tahun. Saat saya siap, mereka kembali pulang.
Drama mulai muncul setelah Kakak berusia dua tahun lebih. ART Pertama ingin pulang dan tidak kembali lagi bekerja. Udah mah bilangnya mendadak, nyolot, Kakak lagi aktif-aktifnya, kerjaan di kantor riweuh, saya hamil anak kedua...wah lengkap sudah. Akhirnya daripada ART Pertama semakin drama dan bisa berdampak buruk buat anak, kami memulangkannya.
Long story short, saya perlu mencari penggantinya segera sebelum anak kedua lahir. Dari kampung halaman udah nggak ada yang bisa 'diimpor', terpaksa mencari dari sumber lain. Tanya sana-sini, sampai browsing ke sana - kemari. Saat itu saya belum kenal yang namanya 'penyalur', 'agen', dan sejenisnya. Sempat kena tipu juga sama agen yang hiih amit-amit jangan keulang lagi 😤. Tapi saat sadar ketipu itu, sambil mencoba berbesar hati juga siapa tau ini salah satu 'jalan memutar' yang harus ditempuh untuk menemukan pengasuh yang tepat untuk anak.
Percobaan kedua, menghubungi agen yang kayaknya lebih meyakinkan. Interview, cocok, 'impor'. Kita sebut saja 'ART Kedua'. Sayangnya, ART Kedua ini daya tahannya lebih singkat, cuma 3 atau 4 bulanan deh :))).
Yang ini lebih drama lagi. Sering cerita majikan-majikan dia sebelumnya yang kayaknya 'wow' banget. Artis lah, desainer lah, tinggal di apartemen lah, sering nemenin majikannya syuting dan rempong banget lah bla bla bla. Seru sih dengernya, udah semacam subscribe infotainment yah. Tapi kayak... biar apa Bi cerita begitu ke saya? Saya bisa juga sih kalo mau songong, tapi kan asa teu kudu :))).
Setelah yang kedua pulang, saya cari penggantinya. Ngulang lagi prosesnya dari awal. Cari penyalur/agen lain lagi karena penyalur ART Kedua ini malah 'kabur' saat diminta pertanggungjawaban soal garansi atau ART Pengganti. Beberapa bulan setelah drama ART Kedua ini, si penyalur masih sering nge-WA broadcast nawarin jasa ART/nanny. Hih sori ya ga main sama yang cupu!
Penyalur berikutnya, tampak menjanjikan. Saya menemukan review tentang penyalur ini dari seorang momblogger yang cukup terkenal saat itu. Dari penyalur ini, saya ditawarkan beberapa pilihan sampai menemukan yang benar-benar cocok. Alhamdulillah dapet, bisa bonding banget sama anak, plus cocok juga sama saya. Pas ngintip tanggal lahir di KTPnya, eh ternyata Aries juga toh! Pantesss 😎 #pantesapa.
Mendapatkan ART khususnya nanny yang cocok dengan anak memang udah kayak nyari jodoh. Ditinggal pulang sama mereka pun rasanya kayak agak patah hati. Memang sih, rasanya makin ke sini makin jarang ya menemukan orang yang bener-bener bisa cocok dan betah banget 'ikut' sama kita sampai bertahun-tahun. Tapi, bukan berarti nggak bisa loh menemukan yang cocok.
Berdasarkan pengalaman saya, berikut beberapa hal yang bisa dicek ke penyalur maupun ART langsung sebelum memutuskan menggunakan jasanya.
1. Kenali Kebutuhan
Perkara nyari yang ngasuh anak aja ternyata istilahnya banyak banget, Bun! Ada ART alias Asisten Rumah Tangga, Baby Sitter, Nanny, dan Governess. Beda 'jabatan', beda juga pekerjaannya dan kadang ada penyalur atau calon pekerja yang strict banget cuma mau jobdesk sesuai title-nya aja 🙄.
Kita kenalan satu-satu dulu ya. ART itu adalah orang yang bantu beres-beres/bebersih di rumah. Nyapu, nyetrika, ngepel, masak, standar lah. Yang ber-title ART ini job umumnya nggak 'pegang' anak. Murni ngurus rumah aja. Kecuali yang ada title tambahan, 'ART Momong/ART Serabutan', nah ini bisa diminta pegang anak.
Untuk baby sitter/nanny/governess tugas utamanya adalah mengasuh anak. Dari anak bangun sampai tidur lagi. Termasuk kalau anak terbangun tengah malam karena perlu ganti popok misalnya.
Lalu bedanya apa? Biasanya, berdasarkan usia anak yang diasuh. Baby Sitter (atau ada juga yang menyebutnya 'Suster Newborn') umumnya bisa mengasuh anak dari umur 0 bulan alias masih orok pisan. Nanny dan Governess mengasuh anak usia balita, mungkin dari sekitar umur 2 tahun. Nanny biasanya mengasuh anak secara umum saja, sementara untuk Governess dituntut punya keahlian lebih selain mengasuh anak misalnya bisa bahasa asing, mengajari anak baca tulis de el el sehingga agak merangkap guru privat menurut saya mah.
Nah, Bunda lagi cari apa? Sesuaikan juga sama budget ya..
2. Cari Penyalur yang (Semoga) Amanah
Setelah ditinggal mendadak oleh ART Pertama, saya sempat hilang arah mencari penggantinya. Butuh banget, tapi nggak mau keliatan butuh. Lagi nyari, tapi nggak mau infoin lowongan pakai akun sendiri.
Saat itu, saya mengerahkan berbagai sumber daya yang ada. Searching di Instagram, Google, join di satu grup komunitas di Facebook, termasuk metode tradisional: minta dicariin kenalan.
Kalau menemukan referensi dari internet, jangan langsung dipercaya. Cek dulu kredibilitasnya, reviewnya, dan segala rekam jejak yang memungkinkan.
Oya, kalau ada agen atau penyalur yang belum apa-apa udah minta dibayar ini itu, itu red flag banget!!! Belum apa-apa di sini konteksnya adalah belum memberikan data singkat, foto, dan/atau kesempatan ke kita untuk mewawancara calon ARTnya. Udah, cari aja yang lain.
Sebaliknya, kalau ada agen atau penyalur yang memberikan pelatihan atau sertifikasi untuk pekerjanya, agen atau penyalurnya hanya ada di satu kota, kemungkinan instansinya cukup amanah.
3. Wawancara Langsung ARTnya
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, penyalur yang baik tidak selalu berkorelasi lurus dengan calon pekerja yang baik juga. Ada penyalur yang terkonfirmasi kredibel, tapi pekerjanya rada-rada. Atau sebaliknya. Jadi biar aman, usahakan bisa mewawancara calon tenaga kerja yang ditawarkan sebelum deal supaya lebih yakin bahwa calon tersebut sesuai dengan yang kita butuhkan.
Ketika akan mewawancara calon ART untuk pertama kali, sayapun sempat kebingungan karena data yang saya butuhkan rasanya sudah ada di CV ARTnya. Namun, setelah mampir ke blognya seorang momfluencer yang membuat panduan pertanyaan untuk wawancara ART, saya jadi lebih punya gambaran apa saja yang harus saya pastikan ke calon ART ini saat wawancara.
Panduan pertanyaan untuk wawancara ART akan saya buatkan postingan terpisah ya 😊.
4. Investigasi Calon ARTnya
Di zaman yang semakin mudah menjangkau internet seperti sekarang, rasanya hampir semua kalangan punya profil kedua di dunia maya. Termasuk, mungkin, calon ART yang akan kita hire.
Ini langkah opsional sih..kalau merasa udah percaya dari hasil wawancara atau dengan melihat muka dan CVnya saja, silakan bisa di-skip. Tapi buat saya, langkah ini perlu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan potensi drama.
Investigasi versi saya terdiri dari tiga metode dan semuanya udah pernah saya coba sendiri.
Satu, menghubungi majikan calon ART sebelumnya. Kalo ARTnya bersedia memberikan nomor majikan sebelumnya, ada kemungkinan kinerjanya baik dan bisa dipercaya sehingga dia nggak ragu memberikan nomor orang yang bisa menambahkan kredibilitasnya. Kalo dia nggak bisa memberikan, cek dulu alasannya. Bisa jadi memang udah nggak nyimpan karena HPnya rusak atau masalah teknis lain, atau karena dia nggak yakin majikan lamanya akan memberikan penilaian positif tentang dia.
Dua, cek namanya di Get Contact (atau aplikasi sejenis lainnya). Ini juga metode lain untuk mengecek kredibilitas calon ART. Hati-hati kalau hasil pencarian di Get Contact menunjukkan nama alay, aneh, mencurigakan, umpatan, atau nama-nama meragukan lainnya. Ini udah yellow flag dan bisa dikonfirmasi ke tahap selanjutnya.
Ketiga, alias tahap terakhir, adalah cek di media sosial. Di tahap ini memang agak sulit sih karena kadang nama di KTP sama nama di media sosial beda. Perlu jam terbang dan terus mengasah kemampuan detektif supaya bisa menemukan akun media sosialnya. Atau kalaupun nggak menemukan media sosialnya, simpan nomor kontak calon ART ini dan coba perhatikan apakah dia cukup sering update status di WA dan seperti apa update-nya.
Kalau bisa menemukan akun media sosialnya dan sekiranya postingan-postingannya bikin nggak sreg, saran saya, mending cari kandidat lain aja.
Menemukan ART yang cocok (secara kebutuhan dan budget) memang memerlukan ketelitian dan kesabaran. Jadi kalau sudah menemukannya, semoga bisa dijaga dengan baik ya supaya sama-sama betah.
Semoga bermanfaat!
Image Source:
Unsplash
Getty Image
iStock